Jakarta, CNN Indonesia -- Berita tentang para dosen yang tidak lulus ujian sertifikasi memang cukup membuat mengernyitkan dahi, terlebih alasan mereka yang tidak lulus salah satunya adalah karena menyontek.
Setidaknya dari 4.512 dosen yang mengikuti ujian sertifikasi, sekitar 2.932 dosen dinyatakan lulus, sisanya dinyatakan tidak lulus.
Selanjutnya, yang lebih mengherankan adalah salah satu alasan tidak lulus para dosen tersebut adalah karena menyontek. Dirjen Sumber Daya Iptek dan Pendidikan Dikti, Ali Ghufron Mukti menyebutkan bahwa jawaban yang dicontek adalah pada bagian deskripsi diri dosen tersebut.
Hal ini sungguh disayangkan, karena pada prinsipnya ini adalah bagian yang menjelaskan siapa diri dosen atau pendidik tersebut. Celakanya alasannya mencontek tersebut adalah jalan pintas dengan meniru tulisan deskripsi diri dari mereka-mereka yang sudah lulus sebelumnya. (cnnindonesia.com, Minggu, 14 Agustus 2016).
Deskripsi diri ini adalah bagian di mana dosen diminta untuk menjelaskan siapa dirinya, bagaimana potensi yang dimilikinya dan juga bagaimana dia memiliki gambaran tentang dirinya di masa yang akan datang. Dalam konteks psikologi, hal ini dikenal dengan “konsep diri”, yaitu sebuah konsep di mana individu tersebut memandang tentang dirinya, memiliki perasaan tentang dirinya, dan juga meyakini segala potensi-potensi yang dimilikinya.
Memiliki konsep diri yang jelas merupakan pintu masuk untuk menjadi diri yang otentik dan penuh percaya diri.
Jika sampai seorang dosen menyontek tentang deskripsi dirinya, maka setidaknya ada dua kemungkinan: Pertama, dia memang memikirkan jalan pintas yang cepat untuk dapat segera lulus sertifikasi. Kedua, yang bersangkutan tidak mengerti apa yang seharusnya dituliskan dalam deskripsi diri tersebut.
Mari abaikan kemungkinan yang pertama, karena hal tersebut sudah niatan jahat, dan fokus pada kemungkinan kedua untuk menemukan solusinya.
Sebenarnya, manfaat yang didapatkan dari memiliki “konsep diri” yang jelas sangatlah banyak, dan ini menjadi pijakan yang kuat untuk menuliskan deskripsi diri tersebut.
Setidaknya dengan memiliki konsep diri, kita menjadi yakin tentang siapa diri kita dan segenap potensi yang ada di dalam diri kita. Sehingga kita menjadi lebih mudah menemukan solusi jika menghadapi sebuah permasalahan. Serta juga dengan memilki konsep diri yang baik, maka kita juga akan dapat menempatkan diri kita dengan baik di tengah-tengah lingkungan sosial kita, karena sejatinya memiliki konsep diri yang baik bukanlah menjadi egois.
Dalam beberapa kali sesi seminar dan pelatihan pengembangan diri, selalu ada pertanyaan: “Bukankah memiliki konsep diri akan membuat kita menjadi egois dan sombong?” Tentu saja pertanyaan tersebut sangat dimaklumi, namun konsep diri akan mengarah kepada individu yang sombong, ketika mengenali diri tidak berbekal pada pengalaman yang sudah dilalui sebelumnya, hanya didasarkan pada angan-angan semata.
Selain itu, memiliki konsep diri juga membuat kita lebih fokus untuk melakukan pengembangan diri sesuai dengan tujuan atau cita-cita yang ingin dicapai.
Memiliki konsep diri bukan berarti menjadi egois, karena konsep diri merupakan pijakan untuk kita menampilkan siapa diri kita di depan publik, atau yang dikenal dengan self-presentation. Hal tersebut akan membentuk bagaimana pandangan orang lain terhadap diri kita, atau yang dikenal dengan sebutan self-image.
Individu yang otentik adalah ketika bagaimana dia memaknai dirinya sejalan dengan bagaimana dia menampilkan diri keluar, serta bagaimana orang menangkap kesan terhadap dirinya. Jika ketiga hal tersebut tidak sejalan, maka konsekuensinya dia bukan menjadi dirinya sendiri, dan tentu saja itu tidak membuat kita nyaman dalam berinteraksi sosial.
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana untuk memahami konsep diri?
Pertama, luangkan waktu bagi diri anda sendiri untuk memahami siapa anda, jangan terjebak pada rutinitas yang anda lakukan. Dalam sesi wawancara, seringkali saya bertanya “Apa pengalaman terbaik yang paling anda hargai dari diri anda?” dan jawaban yang saya dapat adalah “Tidak ada” atau “kan yang berhak menilai diri kita adalah orang lain”.
Jawaban-jawaban tersebut yang membuat kita tidak dapat mengenali siapa sejatinya kita. Luangkan waktu sejenak untuk menggali lebih dalam pengalaman terbaik anda, di mana potensi anda muncul, tentunya dengan paradigma “Setengah isi” yaitu tetap optimis dengan memandang bahwa diri kita memiliki potensi, bukan menggunakan paradigma “Setengah kosong” yang selalu pesimis bahwa kita memiliki banyak kekurangan, sehingga menjadi tidak percaya diri.
Langkah selanjutnya adalah luangkan waktu juga untuk menggali umpan balik tentang diri anda dari orang lain. Apakah selama ini konsep diri yang anda bangun sudah sejalan dengan kesan yang orang lain miliki tentang diri anda? Jika belum maka lakukan koreksi dan perbaikan jika argumentasi orang lain tersebut tentang diri anda benar, dan bersifat konstruktif tidak ada salahnya anda menerima masukan tersebut sebagai umpan balik.
Kembali lagi ke masalah perilaku dosen yang menyontek tentang dirinya, tidak bisa dipungkiri hal ini seringkali terjadi karena bingung apa yang mau ditulis, tidak yakin, atau takut gagal.
Oleh karena itu, untuk menuliskan 150 kata tentang bagaimana menggambarkan diri, luangkan waktu sejenak untuk mengenali siapa diri kita, karena ini pula yang menjadi pijakan tentang bagaimana diri kita di masa yang akan datang.
Jangan sampai, kita memiliki angan-angan yang tinggi akan tetapi tidak memiliki pijakan untuk modal meraih cita-cita tersebut. Lebih lanjut bahwa sebagai pendidik, banyak orang menaruh harapan pada diri kita, dan banyak orang pun yang yakin pada diri kita, namun celakanya bagaimana harapan dan keyakinan tersebut dapat terpenuhi jika menjadi pribadi pendidik pun kita tidak yakin pada diri kita sendiri.
Socrates menuliskan, “To find yourself, just thinking about yourself.” Maka, untuk memunculkan keyakinan tersebut, luangkan waktu kita untuk mengenali diri dan potensi yang kita miliki, dan pada akhirnya menjadikan diri kita yang penuh antusias dan percaya diri dalam mendidik anak bangsa.
Salam Pendidik
(ded/ded)