Jakarta, CNN Indonesia -- Cinta saja tidak cukup bagimu. Ketika kasih sayang itu pergi menuju surgawi.
Ada rentan pada jiwa kini tengah terpuruk pada sudut sunyi. Stigma, langsung melekat pada detik dini waktu ini. Siapa merebut cinta ketika musim bunga tak lagi hadir di hari-hari berlari. Ketika puisi tak lagi menulis apapun tentang cantiknya senandung pernah membuai semua mimpi melekat pada waktu.
Siapa kejahatan, ketika kau ingin menjadi bunga tercantik di antara kesucian dua Mawar Putih di kebun milikmu?
Apakah kesadaran jiwa membawamu ke ruang pekat itu? Apakah sebuah kisah telah dititipkan malaikat semesta, pada waktu, untuk memberi kabar padamu, tentang kehati-hatian, mengisyaratkan tanda-tanda hidupmu akan terperangkap kekejian dalam samar pewarna?
Ketika ruh di badan tak menjadi jiwa irama-irama simfoni, mazmur tentang cinta membawamu kembali kepada entah, kau tetap dinanti dua Mawar Putih, telah, kau lahirkan.
Kesedihan menjaga dua Mawar Putih menjadi kekuatan, setelah menyadari peristiwa kini akan tertulis di manapun. Ketika kepergian itu membuatmu dan dua Mawar Putih seakan mimpi, menangiskah irama-irama tertulis di manuskrip notasi-notasi, ketika tahu kau kini terperosok…
Penyesalan… Kata klise-isme itu hadir, selalu setelah peristiwa. Adakah penyesalan itu kini? Pada sunyimu sesungguhnya dua Mawar Putih kemudian kehilangan pangkuanmu, meski untuk sementara waktu. Tak pernah cukup bagimu untuk memeluk dua Mawar Putih, dulu, sekalipun kini mungkin.
Sesalkah ada pada makna hari-hari milikmu. Meski hanya bersit tersirat, kini stigma menyayat tajam, dalam.
Waktu tetap tak mau menyetip dirimu, meski sedikit demi sedikit di antara panorama, menjadi imajiner di pelupuk syahdu, satu tak bisa lepas, meski akhirnya kau tak bisa lepas dari jeratan itu… Kini, dulu, hingga entah… Urinemu pilihanmu, semoga kau segera pulih, dua Mawar Putih tercantikmu senantiasa menuggu kepulanganmu, Ibundanya…
Dua Mawar Putih, ingin kau pangku seperti dulu lagi, Bunda…
Kisah telah menjadi realitas. Pengampunan menunggu waktu putusan peradilan.
Indonesia tetap teguh membasmi bandar narkoba, hukuman mati takkan surut selangkah pun. Indonesia tetap teguh merehabilitasi, memberi penyembuhan korban-korban narkoba, seharusnya, tanpa pandang bulu. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)