Seterang Puisi Matahari-Matahari (Pulang)

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 15 Sep 2016 17:16 WIB
Pulang ke rumah masa kecil atau kampung halaman adalah kerinduan siapa saja yang merantau jauh dari tempat kelahiran atau tempatnya tumbuh.
Ilustrasi (CNN Indonesia/REUTERS/Albert Gea)
Jakarta, CNN Indonesia -- Pulang ke kampung halaman, kerinduan siapa saja yang merantau jauh dari tempat kelahiran atau tempatnya tumbuh. Puisi dari Taufan Setiabudi Chandra Negara ini menarik untuk menggambarkan betapa rindunya dia pulang ke rumah Bunda.

-Redaksi-

Seterang Puisi Matahari-Matahari

Pohon buah menerawang dari bidang jendela kamar, bagai gambar dedaunan bergelayutan seakan melambai memanggil-manggil, mirip pohon jambu di rumah Bunda.

Naik-naik dan naiklah, terpeleset terjatuh, tanganku menggenggam dahannya. Bunda berlari penuh cinta memeluk. Terima kasih Bunda. Masa itu cintamu merembes indah ke nurani ini. Girang hati ini…

Kangen. Ingin pulang melihat masa kecil, ke taman itu dolanan petak-umpet di antara pepohonan. Jika sulit mencari Bunda, aku pura-pura terisak-isak.

Saat Bunda menepuk bahu perlahan dari belakangku, langsung aku berbalik memeluknya, tawa-riang melihat taman hati berbinar-binar cantik di mata Bunda.

Tuhan, bisakah aku kecil lagi, masuk ke rahim Bunda. Aku mau dilahirkan kembali, ingin bermanja cinta di segala kehangatan kasih sayang itu.

Masak apa Bunda hari ini… Seakan terhidang di hadapanku…

Pasti Ayah masih sibuk mengolah hidup meski usia melewati senja-senja tepi pantai di antara merahnya ufuk harapan, menggendongku, melambaikan tangan kuatmu pada para sahabat pantai sedang melempar sauh.

Liburan September aku pulang…

Semerbak pohon-pohon berbuah di halaman belakang, taman kupu-kupu sekitar rumah.

Bunda? Masih mau ya menangkapkan satu kupu-kupu untukku, lepaskan di atas telapak tanganku “…Dia makhluk berwarna cantik sepertimu…” Suara Bunda kesabaran itu, selalu…

Adik-adik tiga lelaki menyoraki, menabrak kami. Bunda selalu menangkap si bungsu, dua kakaknya rebutan menaiki punggungku…

Bau tanah harapan memberi aroma cinta-kasih senantiasa di antara gelak tawa…

I will go home… (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER