Jakarta, CNN Indonesia --
Tidak hanya perpaduan antara siang dan malam, terkadang alam juga memberi petir sekedar untuk mengingatkan. Itulah konektivitas alam. Agar bumi tidak lalai, langit tidak hanya memberi ketenangan, tetapi juga memberi peringatan. Begitu juga kehidupan seorang anak manusia. Kata Soe Hok Gie, hidup adalah soal keberanian menghadapi tanda tanya! Kita tidak pernah tahu, dalam beberapa menit ke depan apakah hidup kita akan menemui terang secerah langit biru, gelap tertutup awan, atau musibah yang tiba-tiba datang?***
Itulah secuil cerita yang ditulis dalam buku Tabah Sampai Akhir karangan Irfan Ramadhani. Buku ini menceritakan pengalaman Irfan, seorang pecinta alam, yang harus berhadapan dengan kenyataan pahit. Tubuhnya nyaris lumpuh total gara-gara terjatuh dari ketinggian 10 meter saat mendaki tebing.
Buku ini, kata Irfan, sudah dicetak 2.000 eksemplar dan didistribusikan ke seluruh Indonesia untuk menginspirasi siapa saja yang berbenturan dengan masalah.
Peristiwa jatuh itu, kata Irfan, seperti petir yang menghantam kehidupannya. Meski sulit, Irfan laun berjuang untuk bangkit kembali. Meraih semangatnya dan tak mau berlama-lama larut dalam kesedihan. Dia sudah menerima vonis bahwa kedua kakinya kini lumpuh.
"Para sahabat saya pun mempunyai andil positif yang besar mendukung keberhasilan saya hingga saat ini," kata Irfan kepada CNN Student pada akhir pekan lalu.
Dalam keterbatasannya, Irfan terus mendaki gunung dan berpetualang di alam. Gunung Rinjani, Kencana, Semeru, dan bahkan gunung Elbrus di Rusia sudah didakinya. Dia juga masih aktif mengikuti kegiatan susur goa, arung jeram, mendaki tebing, dan lain-lain.
Irfan juga berencana menulis buku kedua dan konsep sampai buku kelima sudah dirancang. Buku kedua adalah lanjutan buku Tabah Sampai Akhir.
Menurut Irfan, keterbatasan jangan jadi hambatan untuk berkarya. "Jangan pernah putus asa. Buatlah mind set positif dan berjuanglah untuk mencapai mimpi," tuturnya.
(ded/ded)