Susastra Kita Sekapur Sirih

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 04 Okt 2016 18:37 WIB
Indonesia memiliki kekayaan seni susastra yang indah dan adi luhung, baik susatra tradisi-adat istiadat yang menetaskan genre susastra modern kini.
Ilustrasi (Caio Resende/Pexels)
Jakarta, CNN Indonesia -- Secara akademis hampir di semua perguruan tinggi di Indonesia punya Fakultas Sastra dengan berbagai jurusan, antara lain, Sastra Tionghoa, Sastra Jepang, Sastra Indonesia, dan seterusnya.

Jika ingin mendalami jenjang Seni Sastra secara akademis, tentunya tetap harus melewati tahap pendidikan dasar hingga lulus SMA. Indonesia memiliki kekayaan seni susastra indah dan adi luhung-sangat super, baik secara susatra tradisi-adat istiadat (sastra tutur dan tulis), yang menetaskan genre susastra modern kini.

Pantun, dongeng dan cerita rakyat, awalnya merupakan sastra tutur. Dalam era perkembangannya menjadi susastra tutur dan tulis, di tradisi dan adat istiadat sesuai dengan kemajuan era zaman dan teknologinya.

Peristiwa susastra tutur masih bisa dijumpai pada perhelatan upacara adat, antara lain adat Batak, Melayu, Padang, Betawi, Jawa (suluk) pada umumnya dan seterusnya ada di wilayah NKRI.

Dari manakah kecerdasan mengatur komposisi, menuliskan dengan rasa irama sangat menjunjung tinggi kepekaan kesantunan menjadi bahasa verbal dan non-verbal berasal? Dari para leluhur tradisi/adat.

Oleh karena itu, negeri tercinta ini kaya ragam pesona tradisi dari berkat alam, melahirkan leadership kecerdasan tradisi/adat mengandung estetika-spesifik.

Seiring masuknya bangsa Eropa ke wilayah Nusantara, mempengaruhi gaya hidup dan fesyen kaum bangsawan di zamannya.

Tapi tak mempengaruhi ragam Bahasa Melayu Kesultan Deli (1632), disebut Tanah Deli, kini Kota Medan dan Kabupaten Deli Serdang, yang kemudian berpengaruh menuju Kepulauan Riau, Bangka Belitung, Malaysia, Brunei, sepanjang pesisir Sumatra Tengah hingga Ujung Malaka, hingga Singapura.

Melihat karya seni serat kain ikat dari seluasnya wilayah NKRI, dengan berbagai bentuk, antara lain: bahan benang dari buah pohon kapas, ulat sutera hingga serat/kulit kayu, beraneka desain geometris, presisi terkomposisi, terkesan bagai abstraksi naturalis, sangat berhubungan erat dengan perkembangan Seni Susastra. Alamak, indah nian negeriku ini.

Hingga alat musik seni tradisi beragam pesona bunyi, saluang, gondang, seruling, angklung, kecapi, perangkat gamelan, sitar, mandolin, dan banyak lagi. Juga berhubungan erat dengan perkembangan susastra tutur dan tulis, terliteratur, baik musik, kain ikat, terlihat pesona kultural edukatif tak boleh terlewatkan.

Warna-warni dari kebinekaan tampak pada benda seni tradisi/ada. Juga tergambarkan secara singkat pada sumber bunyi dan telaah ilmiah berbagai ranah ‘Bahasa Ibu’ negeri ini.

Dari bahasa adat hingga bahasa sampiran, melahirkan bahasa modern-artian adaptif dari bahasa temuan akademis, tetap merujuk pada Bahasa Ibu, membentuk Bahasa Indonesia kini.

Kesadaran terus belajar mengembangkan ilmu pengetahuan, umum, khusus, maupun di lingkar pendidikan, sesungguhnya menjalani kehidupan berkesinambungan dengan ‘Ilmu Kebudayaan’ mengandung paradigma ilmu pengetahuan eksak dan non-eksak. Keduanya membentuk kepekaan nurani dan intelegensia, antara lain melahirkan cabang ilmu susastra.

Susastra, ungkapan nurani berdasarkan telaah kehidupan logis menuju puncak estetis, menjadi bentuk karya seni susastra bermakna universal hingga kini..

Antara lain karya susastra Hamzah Fansuri, Hamka, Sutan Takdir Alisyahbana, Marah Roesli, Chairil Anwar, Sitor Situmorang, Pramoedya Ananta Toer, Iwan Simatupang, W.S. Rendra, Putu Wijaya, dan banyak lagi, dari angkatan Melayu klasik, angkatan Pujangga Lama, angkatan Pujangga Baru, angkatan Balai Pustaka, hingga angkatan kini.

Hubungan susastra dan karya seni tradisi amat erat saling mendukung persaudaraan. Dikau bisa mengunjungi Perpustakaan Nasional RI Jakarta. Dikau juga bisa melihat langsung koleksi tradisi dan adat NKRI tercinta di Taman Mini Indonesia Indah (TMII) dan Museum Tekstil Jakarta. Tentunya memanfaatkan waktu liburan bersama keluarga ya.

Menulis susastra menurut telaah nurani dikau, akan mencapai sisi estetika positif, mengisi paruh waktu usai belajar, berbagi bingkai peradaban kepada dunia. Menjadi sastrawan cilik/muda mengapa tidak?  (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER