Cerita Pendek Berburu Musang

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 24 Okt 2016 09:58 WIB
Di luar rumah terdengar suara ribut-ribut beberapa orang. Ayah menyusul, suara beberapa dikenalnya. Ada apa?
Ilustrasi (Foto: skeeze/Pixabay)
Jakarta, CNN Indonesia -- Seperti biasa Adik pulang sekolah menggosok gigi, mencuci tangan dan kaki, setelah istirahat sorenya menyiapkan buku-buku untuk pelajaran esoknya ke sekolah.

Malamnya Kakak sedang asik menemani Adik belajar di sudut ruang tamu dari rumah sederhana itu. Ayah berbincang di ruang makan tentang banyak hal di antara suara bahagia keduanya.

Di luar rumah terdengar suara ribut-ribut beberapa orang. Ayah menyusul, suara beberapa orang dikenalnya. Ayah membuka pintu “Pak Cok! Ada apa?” Suara Ayah kepada beberapa orang di antaranya penjaga kompleks perumahan tempat keluarga Togar tinggal.

“Oh! Ini Pak Togar ada Musang liar lari ke kolong got Pak Togar.” Suara Pak Cok penjaga kompleks perumahan, menjelaskan. “Musang? Besar atau Kecil?” Tanya Ayah lagi. “Besar Pak.” Suara Pak Cok singkat.

Adik langsung berlari mendengar kalimat “Musang” meninggalkan meja belajar, kaget hatinya mendadak protes. Adik menyelip di samping Ayah masih di pintu ruang tamu rumah. Kakak menyusul mengintip dari jendela ruang tamu.

Bunda juga ikutan nyelip di sebelah Ayah dan Adik, posisi Adik menjadi di tengah antara Bunda dan Ayah. Menyaksikan kegaduhan tengah berlangsung di hadapan mereka, kelompok orang-orang itu bersama Pak Cok.

Terlihat mereka mengepung menutup kedua sisi lorong got dengan pentungan ada juga membawa bambu dan karung. Adik memeluk Bunda. “Bunda kasihan Musangnya enggak bisa napas.” Sedih nada suara Adik.

Kakak menjawab sambil menghampiri Adik berbisik. Selintas Bunda hanya mendengar bisikan Kakak di kata “doa”, lalu Kakak dan Adik kembali ke meja belajar. Bunda menyusul keduanya. Adik memandang Bunda penuh harap “Bunda ikut berdoa yuk. Semoga Musangnya selamat.”

Bunda senyum kecil. Mengambil kursi makan dan duduk di samping keduanya. “Ayo! Kita berdoa.” “Bunda yang memimpin ya.” Suara Adik memohon. Bunda menganggukkan kepalanya. “Ayah ikut!” Suara Ayah menyela berdiri di samping kursi Bunda.

Suara Bunda. “Nah! Ayah yang harus memimpin doa. Semoga Musang itu selamat.” “Sip!” Kata Ayah singkat. Keluarga Togar berdoa dengan khusuk seperti keinginan Kakak dan Adik. “Berdoa selesai.” Kata Ayah singkat.

Serentak keluarga Togar, kembali persis seperti posisi awal masing-masing kembali menyaksikan kelompok Pak Cok. “Semoga Musangnya lolos Tuhanku. Please deh…” Suara hati Adik. Kakak dari balik jendela suara hatinya sama dengan Adik.

Bunda juga suara hatinya sama dengan kalimat Adik. Ayah menghela nafas lagi, terdengar desah samar dari gumam Ayah “Tuhan… Ampuni…”

Suasana masih menegangkan, kelompok Pak Cok semakin ketat mengepung lorong samping got depan rumah Pak Togar. “Tok! Tok!” Ada yang mengetuk-ngetuk bagian atas got jalan masuk menuju car port rumah Pak Togar, ketukan itu bermaksud menakut-nakuti Musang. Semakin tampak jelas dari arah pintu rumah keluarga Pak Togar, pengepungan mengerikan itu.

Keluarga Togar terus mengikuti jalannya pengepungan Musang itu. Pak Togar dan keluarga terus berdoa untuk keselamatan Musang itu. “Semoga lolos..” Suara adik pelahan. Bunda membelai kepala Adik. “Sabar… Kita terus berdoa ya” Bisik suara Bunda singkat pada Adik.

“Bang Cok! Jangan!” Teriak Adik, melihat Pak Cok mulai menyodok bagian samping ke arah dalam lorong got dengan bambu agak panjang, beberapa orang melempari batu ke arah dalam lorong got tempat terduga Musang itu bersembunyi.

“Tenang Adik. Nanti Musangnya kaget.” Suara Kakak pelahan mencoba menenangkan Adik. Keluarga Togar masih terus menyaksikan, mengawasi pengepungan mengerikan itu, bayangan di benak Adik, tapi Adik tak tega membayangkan jika Musang itu tertangkap pasti disembelih deh.

Terdengar Adik terisak pelahan, bahunya terguncang sedikit. Ayah menggendong Adik, memeluk sebentar, Adik diturunkan lagi di samping Ayah, terus memeluk Adik dengan lengan kuatnya. “Tuhanku… Selamatkan Musang itu…” Suara Adik. Bunda berlutut di samping Adik, meraihnya kepelukannya.

Ayah menghampiri Kakak ke Jendela. Mendengar suara desah terisak sedikit dari Kakak, Ayah langsung memeluk Kakak “Kakak harus tenang. Ayo! Terus berdoa. Semoga Musangnya lolos.” Suara Ayah pelahan.

Mendadak terdengar suara gaduh dari kelopok pengepung itu. Pak Togar kaget bukan kepalang. Semua orang yang sejak sedari tadi, mencegat, mengepung kedua mulut lorong got itu. “Waduh! Kok Bisa lolos ya!” Suara Pak Cok terdengar keras ke telinga Adik. “Amin…” Kata adik amat pelahan di hatinya. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER