Jakarta, CNN Indonesia -- Kembali pada sistem hukum formal. Sebuah pelajaran patut dilihat dengan seksama. Ada banyak generasi berbaris menunggu giliran ingin menjadi cita-citanya. Beragam kehendak adalah panorama tujuan kemuliaan ingin turut serta membangun negeri tercinta, di berbagai sektor disiplin pengetahuan teramat luas dari angkasa hingga asal muasal jasad renik memiliki degup hidup terlindung oksigen.
Kedahsyatan keilmuan sangat tak terbatas wilayah atau di batas apapun. Miliaran bintang di angkasa dapat ditemukan, jumlahnya lebih sedikit dari sel otak makhluk hidup khususnya manusia. Sejauh kesempurnaan telah tercipta di dalam tubuh dan segala bentuk organnya. Kesempurnaan cinta Ilahi inheren di intelegensia milik manusia sejak awal terciptanya, dalam suatu konsep hukum-hukum Ilahiah teramat mengagumkan.
Tak ada yang tak bisa dicari atau ditemukan di Jagad Raya ini. Kecuali dihilangkan atau disembunyikan oleh intelegensia manusia itu sendiri. Jika itu terjadi maka yang dianggap hilang seakan-akan sirna tak ditemukan. Sebaliknya jika manusia hendak menemukan yang hilang atau yang belum pernah ditemukan siapapun, maka intelegensia manusia di kumparan bening akal budi, pasti, menemukannya.
Mari kita tinjau dari sejarah berbagai temuan manusia mulai di era modern masehi saja. Tak perlu menelusur terlalu jauh ke sebelumnya lagi. Akan terlalu banyak faktanya bahwa tak ada yang tak bisa ditemukan oleh kumparan kebeningan akal budi manusia, yang di dalamnya terdapat intensitas tertinggi kekuatan hukum-hukum Ilahiah dan segala rumusanNya di dalam ruh, tubuh, dan sel otak manusia.
Baiklah kalau begitu kita lihat manusia yang telah menemukan ilmu pengetahuan, yang belum pernah ditemukan oleh siapapun sebelumnya. Tujuh manusia hebat saja, antara lain: Ibnu Sina, filsuf dan ilmuwan. Plato dan apa itu negara. Phytagoras dan rumusnya. Albert Einstein dan rumusnya. Nicolaus Copernicus dan Galileo Galilei tentang galaksi, Montesquieu dan disiplin hukum-hukum ketatanegaraan.
Jika ke tujuh manusia hebat tersebut bisa mendapat kepastian, menemukan keilmuan yang belum pernah ditemukan, artinya akan lebih mudah menemukan hal apapun itu di Jagad Raya ini, yang sudah ditemukan lalu hilang. Sekali lagi hal apapun akan sulit ditemukan jika yang menyembunyikannya intelegensia manusia, di ranah sistem-sistem rasional yang dibuat menjadi irasional.
Namun jangan coba-coba melawan eksak hukum-hukum Ilahiah, akan hadir kekuatan tak terduga, menemukannya pada waktu teramat tepat. Pasti. Apakah ada yang berani melawan ketentuan hukum-hukum Ilahiah?
Jagad Raya, tak pernah berbohong pada manusia. Amin. Semisal lagi sebagai contoh konkret. Jika Gunung Krakatau akan meletus sekarang, pasti tim geologi negara segera tahu, berkat teknologi dan keilmuan mereka. Jadi di dalam hidup ini tak ada yang tidak masuk akal, eksak dan pasti, berkat kepastian dari fitrah makrifat hukum-hukum Ilahiah. Amin.
Ketika keadilan, kesetaraan, kesejahteraan, keterbukaan hukum-hukum buatan intelegensia manusia untuk kesejahteraan persaudaraan dalam bernegara. Tak seharusnya menyembunyikan kebaikan di kebenaran apapun, baik di awan sistem-sistem maupun di langit sekalipun.
Mengapa? Sekali lagi, bahwa kepastian eksak hukum Ilhiah, pasti, menemukannya lewat suatu kumparan bening akal budi manusia lainnya.
Presiden ke-7 Negara Kesatuan Republik Indonesia, Joko Widodo, akan “Mengibarkan Bendera Keadilan” untuk pembelajaran bersama generasi pelajar hingga rakyat Indonesia, bahwa keadilan tetap ada. Berdiri tegap di tiang tertinggi Sang Dwi Warna.
Tuhanku Yang Dimuliakan oleh semua umatMu. Sampaikanlah tujuan baik Presiden Joko Widodo, mengibarkan bendera keadilan, baik dalam pencarian Dokumen TPF Munir yang hilang (CNN Indonesia 24/10/2016), maupun pada penegakkan hukum dan HAM bagi generasi demi kesejahteraan Indonesia kelak. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)