Jakarta, CNN Indonesia -- Siapa yang tidak mengenal sosok Herlina Christine Natalia Hakim? Perempuan yang akrab dipanggil Christine Hakim ini adalah aktris senior dengan segudang pengalaman.
Ia tercatat pernah terlibat dalam sejumlah film populer, di antaranya: Pengemis dan Tukang Becak ( 1978), Tjoet Nja’ Dien (1988), Eat Pray Love (2010), Sang Kyai (2013), dan Guru Bangsa Hos Tjokroaminoto (2014).
Sebagai ganjaran atas kepiawaiannya di dunia peran, Christine Hakim setidaknya pernah mendapat enam Piala Citra dan pengakuan sebagai aktris terbaik di Asia Pasific International Film Festival.
Beberapa waktu lalu, Sivitas Akademika Universitas Padjadjaran mendapat kunjungan spesial dari aktris kelahiran Jambi 25 Desember 1956 ini. Christine mendapat kehormatan menjadi pembicara dalam kuliah umum program studi TV dan Film dengan tema “Film Sebagai Identitas Bangsa”.
Bertempat di Auditorium Pasca Sarjana Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran (Fikom Unpad), kuliah ini dihadiri ratusan mahasiswa Unpad dan beberapa pimpinan fakultas.
Di depan hadirin, Christine Hakim menyatakan perjalanan kariernya di dunia film semakin mendekatkan dirinya pada Tuhan. Aktris yang setidaknya memiliki darah Jawa, Aceh, dan Minang dalam tubuhnya ini memiliki berbagai pengalaman spiritual yang mempengaruhi dirinya.
Di awal kariernya, ia sempat diliputi dilema besar saat dia menyadari bahwa dunia akting berseberangan dengan ajaran ilmu agama yang dia tekuni saat itu. Namun seiring berjalannya waktu ia makin menyadari bahwa dunia film tidak hanya berbicara soal kemewahan dan kebebasan, namun dunia film bisa menjadi media belajar. “Dunia film telah menjadi bangku universitas bagi saya," ungkap Christine.
Perjalanan kisah spiritual Christine berlanjut ketika dia menjadi pemeran utama dalam film Tjoet Nja’ Dien (1988). Dalam proses pengerjaannya, Christine mendapat saran untuk melakukan kunjungan ke makam dan Cut Nya’ Dien untuk melakukan doa agar dapat memerankan tokoh Cut Nya’ Dien secara maksimal.
Namun di titik itu Christine kembali mengalami dilema, karena dia merasa harusnya semua doa yang dipanjatkan manusia hanya kepada Tuhan Yang Maha Esa. Dia memilih berdoa langsung kepada Tuhan dan hasilnya dia berhasil memerankan peran itu dengan maksimal. Terbukti dengan Piala Citra yang didapatkannya atas film tersebut. “Pada waktu itu saya masih muda, tingkat keimanan saya masih labil, namun film membuat hubungan vertikal saya dengan Tuhan semakin kuat," ujar Christine.
Tidak hanya dua kejadian tersebut, berbagai film yang pernah ia bintangi membawa hikmah tersendiri bagi dirinya. Christine berusaha memaknai setiap film yang ia bintangi dan melakukan setiap perannya dengan maksimal. “Saya selalu berusaha memaknai setiap film saya karena bagi saya film juga merupakan ilmu pengetahuan," tutur Christine.
Christine sempat meneteskan air mata di tengah kuliah umum. Secara tersirat hal ini membuktikan totalitas Christine pada dunia perfilman tanah air.
(ded/ded)