Jakarta, CNN Indonesia -- Ada suara indah dari surau-surau pada waktu subuh membangunkan segala kegiatan hidup dalam citra nurani bening kehidupan bermula dari awalnya nafas-nafas zikir Ilahiah. Aku berzikir. Aku bersujud, menjauhkan diri dari segala kemurkaan, kesombongan kemanusiaanku.
Ada lonceng gereja setiap jam tertentu mengingatkan misa pribadi pada kapel di ruang rumah-rumah di sudut hati. Cinta memberi keabadian dengan seksama bagi keyakinan nurani masing-masing.
Ada sejarah panjang tentang Sang Buddha Gautama, bagi umatnya Dialah kehidupan teratai di atas air, simbol kebijaksanaan, momentum lahirnya candi di atas danau purba atau candi teratai Borobudur kini menjadi salah satu keajaiban dunia.
Hindu memberi aroma prosa kebudayaan dalam kitab Mahabharata, simbolik pengendalian nafsu angkara kekuasaan, bahwa akhir dari sebuah peperangan tak menguntungkan siapapun, itu sebabnya para dewa tak hadir dalam amar putusan peperangan di kancah kurusetra, hingga simbolik parikesit kelahiran generasi berkesinambungan harapan kebudayaan baru..
Konghuchu menulis syair tentang kehidupan indah dalam keseimbangan hati keikhlasan hidup tak membedakan langit dan bumi sebab merupakan kesatuan utuh, dalam filsafat kitab Tao Te Ching (Daodejing) senantiasa melihat sudut pandang hidup bagai keindahan seluas langit, jadilah sifat air, mengalir di bawah bumi di pijak di sanalah tempat membangun konstruksi kehidupan.
Ada kitab kebijaksanaan menuliskan kisah pendekar sejati tak pernah menghunus pedangnya, sebab dia tak pernah bertemu dengan musuh-musuhnya. Siapa penakluk naga sesungguhnya, manusia pemilik ruh di dalam badan, keduanya merupakan sumber pergerakkan kehidupan, badan mengendalikan pikiran, sebaliknya dari keseimbangan itu pikiran mengendalikan badan.
Mana pilihan paling tepat. Badan mengendalikan pikiran atau pikiran mengendalikan badan. Keduanya tertepat, seperti busur dan anak panah, keduanya mampu bergerak serentak pada kontrol keseimbangan. Itulah sebabnya pendekar sejati tak akan pernah bertemu musuhnya, sebab alam telah membaca tanda-tanda pergerakkan tubuh dan pikirannya.
Kontrol adalah ruang kreatif pranata hidup. Kesadaran adalah sikap welas asih pada akal budi. Itu sebabnya Sang Buddha Gautama kembali pada kesadaran diri untuk hidup menjalani realitas dari meditasi panjangnya, kesadaran air sebagai arus kebaikan, mengalahkan kehendak “the ego” dalam bentuk tak terlihat namun dirasakan oleh setiap insan kamil.
Itu sebabnya kesadaran pada kontrol senantiasa dimiliki pendekar sejati, peka menjauhkan diri dari ketakaburan, omong besar dan kesombongan diri, karena kesadaran pada ilmu ada batasnya. Itu bedanya pendekar sejati bergerak tanpa kata-kata, tanpa suara, selalu ada pada sunyi di luasnya langit Ilahiah telah menyatu di dalam kehidupannya.
Ikhlas bukan rangkaian kata-kata kesombongan mengutuk manusia lain tentang surga atau neraka. Hukum Ilahiah adalah kemulian nurani meresap dalam jiwa alam raya pemilik kehidupan sesungguhnya, pemilik planet-planet, kapan saja alam raya mampu meledakkan matahari atau gunung krakatau sekaligus tsunami sekalipun.
Ada yang berani menentang alam? Saya tidak berani. Ya Allah, aku bersujud kepadaMu. Tafakur, makrifat kebaikan bagi negeriku tercinta ini. Salam Indonesia Unit.
(ded/ded)