Kobarkan Jiwa Muda Tuk Kembalikan Moral Bangsa

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 06 Des 2016 10:41 WIB
Seluruh nusantara harus bersatu. Berbagai golongan harus siap untuk menepis segala rasa benci, rasa diskriminasi dan rasa acuh tak acuh satu sama lain.
Foto: CNN Indonesia/Denny Aprianto
Jakarta, CNN Indonesia -- Indonesia merupakan negara yang besar dengan berbagai budayanya. Ragam suku, bangsa, ras, agama dan bahasa tersebar di seluruh penjuru Nusantara.

Sejak awal bangsa ini berdiri hingga hari ini, Indonesia tetaplah sama, konsisten dan tak kehilangan keunikannya yaitu keberagaman. Sebagai suatu bangsa yang beragam, Indonesia tetap terjalin erat.

Tak ada suatu pemisah antar manusia, karena Indonesia adalah bineka tunggal ika, berbeda beda tetapi tetap satu. Tanah subur, beragam flora dan fauna terhampar di negeri tercinta. Bahkan, bukan hanya kekayaan yang dimiliki nusantara kita, strategisnya letak geografis pun memberi kelebihan untuk bangsa kita. Kiranya, kemakmuran dan kemajuan harus menjadi ciri bangsa. Namun, siapa sangka perwujudan kedua kata itu hanyalah bayangan semata.

Berbagai masalah menerpa bangsa yang kaya ini. Berbagai rintangan menghadang bangsa yang besar ini.

Bagai ombak laut yang datang tiada habisnya dan selalu kembali tanpa tahu masa. ironisnya, bukan penjajah lagi yang menginjak Negara tercinta. Bukan juga bencana yang merusak landasan fisik Indonesia. Diri kita sendirilah yang tanpa sadar merusak moral bangsa. Kadang kita terlalu sombong, merasa kaya raya dan sejahtera. Hingga dengan mudahnya membiarkan keragaman budaya dicuri bangsa lain dengan cuma- cuma. Begitu mudahnya budaya baru mengambil alih disela kecil budaya asli.

Di zaman ini, perusak bangsa tak kenal waktu dan tempat. Pejabat–pejabat secara gamblang mengumbar janji belaka dan rakyat rakyat kecil dengan mudahnya percaya.

Masyarakat semakin matrealistis dan individualistis. Uang berubah menjadi alat pengukuran. Uang dianggap sebagai senjata. Uang dianggap sebagai kunci. Uang telah mengambil alih fungsi sosial.

Begitu banyak binatang kotor terperangkap di pemerintahan. 'Tikus-tikus' Negara berkembang biak hari demi hari. Pajak semakin melambung tinggi, namun tak diimbangi dengan infrastruktur yang memadai.

Wakil wakil rakyat yang diharapkan memberi jalan, diharapkan menopang pilar kemanusiaan dan diharapkan memberi perlindungan, nyatanya secara mudah dan tak merasa bersalah menguras kas Negara. Penegak hukum tak lagi objektif, neraca keadilan tidak lagi seimbang melainkan condong ke sisi sebelah.

Hukum seperti mata pisau, tumpul ke atas tajam ke bawah. Sementara itu, bukanlah rahasia lagi apabila di ibukota gubuk kumuh dan gedung berpilar berdiri beriringan. Begitu banyak hal–hal yang 'diwajarkan' oleh pemikiran generasi saat ini. Masa yang semakin maju, tidak sebanding dengan berkembangnya etika dan moral manusia Nusantara.

Hari demi hari, semakin kecil Negara ini. Semakin surut harapan rakyat–rakyat kecil untuk Indonesia yang lebih baik.

Indonesia mulai kehilangan jati dirinya. Rakyat mulai melalaikan Sang Garuda.

Situasi ini, mengharuskan segenap bangsa dari seluruh nusantara untuk bersatu. Bukan hanya dari satu golongan, berbagai golongan harus siap untuk menepis segala rasa benci, rasa diskriminasi dan rasa acuh tak acuh satu sama lain.

Pada generasi baru ini, mahasiswa sebagai bagian terbesar dalam lapisan masyarakat harus dan akan terus bersatu dan saling mendukung. Menyampaikan aspirasi aspirai berbagai golongan dengan satu tujuan, Indonesia yang lebih maju dan berkepribadian.

Mahasiswa bukanlah pengkritik pemerintah. Bukanlah penghalang peraturan. Mahasiswa tak lain adalah penyampai pesan yang dengan gagah dan beraninya menjadi tameng menghadapi perusak bangsa. Mahasiswa bukan lagi pengikut, mahasiwa sudah seharusnya menjadi pencipta. Menciptakan berbagai gagasan gagasan teraktual dan terfaktual demi mengembalikan pandangan terhadap Indonesia di mata dunia. Indonesia yang bermoral dan berkepribadian Pancasila. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER