Sedekah versus Pengemis Gadungan

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Kamis, 01 Des 2016 15:06 WIB
Pelajaran tentang bersedekah itu sering disalahgunakan oleh pengemis gadungan. Bagaimana cara kita menyikapinya?
Foto: pixabay/klavesakm
Jakarta, CNN Indonesia -- Hai adik... Sedari kecil, kita diajarkan untuk bersedekah oleh ayah bunda. Memberikan sesuatu kepada orang lain yang kekurangan dan membutuhkan bantuan kita. Tentu saja, hal itu adalah suatu pelajaran yang baik dan memang dianjurkan. Bersedekah dengan hati yang ikhlas dan tidak berharap balasan.

Bersedekah akan membersihkan harta kita, karena sebagian dari harta kita adalah hak fakir miskin. Sudahkah adik menjalankannya? Kakak yakin, pasti adik sudah sering bersedekah. Menyisihkan sedikit uang saku, untuk diberikan kepada yang lebih membutuhkan. Good job ya...

Masalahnya sekarang, pelajaran tentang bersedekah itu sering disalahgunakan oleh orang yang tidak bertanggungjawab, yaitu pengemis gadungan alias pengemis yang menjadikan mengemis sebagai profesi.

Banyak cerita-cerita tentang pengemis ini loh. Kalau dulu, seorang pengemis adalah orang yang memang benar-benar kekurangan dan akhirnya terpaksa menjadi pengemis untuk menutupi kebutuhannya. Mereka tidak memiliki penghasilan dan serba kekurangan, kondisinya di bawah standar hidup. Mereka harus mengemis untuk mendapatkan uang demi biaya hidup, meski sebenarnya mereka terpaksa melakukannya.

Nah, sekarang? Mulai terjadi pergeseran nilai. Pengemis dijadikan profesi. Dengan mengemis, akan menghasilkan banyak uang. Bahkan pernah membaca di koran, dalam waktu 15 hari, bisa menghasilkan uang 25 juta.

Jumlah yang fantastik ya? Coba bandingkan dengan seorang pekerja/buruh cuci, yang membanting tulang, bekerja keras, tapi hasilnya kadang tak sebanding. Tetap kekurangan. Itulah yang bikin gemes.

Pengemis hanya duduk, bermodal wajah memelas, kaki dibungkus perban, pura-pura timpang. Nah, sukses deh aktingnya. Uang mengalir deras. Limaratus perak, seribu perak, duaribu perak, kali berapa? Dikumpulkan, meski uang receh, tapi tetap uang kan? Dan terkumpul fantastik.

Maka adik jangan tertipu daya ya. Pekerja/buruh cuci lebih mulia dibandingkan dengan pengemis, meski penghasilannya di bawah standar.

Jika sudah begitu, jadi bingung deh. Bagaimana pelajaran bersedekah, yaitu memberi pengemis adalah baik asal kita ikhlas? Muasalnya sih kita ikhlas, tetapi setelah tahu mereka pengemis profesi, jadi enggak ikhlas deh. Menyesal telah memberi mereka uang.

Saran kakak, mulai sekarang setop memberi pengemis di jalan yang hanya pura-pura kekurangan, tetapi menjadikan pengemis sebagai profesi. Bila memang ingin bersedekah, berikan pada yang berhak. Banyak kok, misalnya panti asuhan atau yayasan kemanusiaan. Bukankah lebih tepat sasaran? Nah, jika memberi pengemis jalanan yang berwajah mengiba, muka kasihan, eh, ternyata lebih kaya dari kita, untuk apa?

Lalu bagaimana dengan bersedekah? Bersedekah tetap jalan terus dong, salurkan sedekahmu tepat sasaran. Lebih penting lagi, bersedekah untuk orang di sekitarmu yang kekurangan. Jika kita peduli terhadap lingkungan sekitar, akan melembutkan hati. Ikut berempati terhadap lingkungan, akan menjaga keharmonisan.

Ikut merasakan penderitaan orang sekitar yang berkekurangan, berarti pemberi pelajaran dan pengalaman hidup yang positif. Saling tolong menolong, antar sesama, ya! Jangan menghitung dan mengharapkan balasan. Ikhlas dalam memberi, akan menabung kebaikan.

Nah, tetap membiasakan bersedekah ya, sisihkan sedikit uang sakumu untuk peduli pada sesama. Salurkan di tempat yang tepat sasaran, sehingga membawa manfaat.

Salam semangat! (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER