Jakarta, CNN Indonesia -- Pemuda dapat menjadi salah satu hal penting dalam pelaksanaan serta terlestarikannya sebuah seni tradisional. Banyak pemuda Indonesia yang masih mau peduli untuk terus melestarikan karya seni tradisional yang semakin kesini semakin jarang terlihat eksistensinya.
Salah satunya adalah Sufyan. Mahasiswa semester 7 jurusan Manajeman di Universitas Sultan Ageng Tirtayasa ini sudah sejak tahun 2007 menyukai serta ikut melestarikan kesenian tradisional di Provinsi Banten. Ia juga tergabung dalam Unit Kegiatan Mahasiswa Pandawa (Paguyuban Seni dan Budaya Tradisional Mahasiswa UNTIRTA).
Ia mengaku sebagai pemuda Banten sudah seharusnya untuk terus ikut melestarikan dan mengembangkan seni budaya Banten yang ada, siapa lagi yang akan melestarikan dan meneruskan seni budaya leluhur jika bukan seorang pemuda. Karena di zaman yang sekarang ini dikhawatirkan dapat dengan mudah budaya dari leluhur terkikis oleh budaya modern.
Tidak hanya menampilkan debus dan silat, Sufyan juga biasa menari tarian tradisional. Pemuda yang lahir 25 April 1995 di Serang ini sudah sering tampil di beberapa kesempatan untuk menampilkan kemampuannya melakukan silat dan debus.
Pada beberapa kesempatan, ia bersama UKM Pandawa rutin melakukan kunjungan ke beberapa padepokan silat dan sanggar tari di Provinsi Banten. Selain debus dan silat ia juga menari, sebagai bukti dari prestasinya pemuda yang mempunyai hobi mendengarkan musik, silat dan menari ini pernah menjadi juara 1 lomba tari kreasi nusantara tingkat umum pada tahun 2015 yang diadakan di Kota Tangerang.
Selain tergabung dalam UKM Pandawa, Finalis Kang Nong Kabupaten Serang tahun 2015 ini juga tergabung dalam 2 Padepokan dan 2 Sanggar tari di antaranya Padepokan Ki Terumbu, Padepokan Ciwasiat, Sanggar Raksa Budaya dan Ki Sinaba Mutiara Teluk Banten.
Namun, Ki Sinaba merupakan Padepokan pertama di mana ia memulai untuk belajar silat dan debus yaitu pada tahun 2007 saat ia masih duduk di bangku Sekolah Menengah Pertama. Sufyan mengatakan ingin mendapatkan ilmu dan mengembangkan kemampuannya dari berbagai tempat dan guru.
“Untuk belajar ngga harus di satu tempat dan ngga harus di satu guru, kalau masih punya kesempatan belajar kenapa ngga (untuk belajar di tempat lain) yang penting bisa bagi waktu antar sanggar yang satu dengan sanggar yang lain juga antar padepokan satu dengan padepokan lain,” kata sufyan saat ditemui di basecamp Pandawa.
Sufyan mengatakan kunci utama agar semua kegiatan yang ia lakukan adalah harus mempunyai komitmen, serta mengikuti aturan yang telah ditetapkan setiap sanggar dan padepokan yang ia ikuti.
Dengan tergabungnya Sufyan ke 2 Padepokan dan 2 Sanggar tari ditambah dengan UKM Pandawa, ia juga harus pintar mengatur waktu untuk melaksanakan latihan di setiap Sanggar dan Padepokan. Hari senin sampai kamis ia meluangkan waktunya untuk latihan di Pandawa, malam sabtu dan rabu untuk latihan di Padepokan serta hari minggu di Ciwasiat.
Jika akan ada pertunjukan silat ia sudah jauh–jauh hari mempersiapkan segala sesuatunya. Lalu jika sudah mendekati waktu pelaksanaan maka latihan dilakukan setiap hari agar ia dapat memaksimalkan penampilan. Begitupun dengan tari, Sufyan akan latihan minimal 3 bulan sebelum pementasan atau perlombaan tergantung seberapa sulit gerakan dan properti yang ia gunakan.
Sufyan dan Debus
Pria berusia 21 tahun ini sudah 9 tahun menekuni dunia debus. Meski sudah lama ia mengenal dan mempraktekkan debus bukan berarti kekhawatiran akan gagal tidak pernah ada lagi. Ia mengaku masih sering merasa takut gagal saat mempraktekkan debus.
Ketakutan tersebut bukanlah hal yang berlebihan karena di tahun 2015 Sufyan mempunyai pengalaman yang kurang mengenakkan dan hampir gagal melakukan pertunjukkan debus. Hal ini mengakibatkan tangannya terluka akibat gergaji yang sedang ia mainkan saat perayaan Hari Kemerdekaan Indonesia yang ke 70 di Yogyakarta.
Namun satu hal yang selalu ia pegang saat melakukan pertunjukkan debus adalah berdoa dan tidak sedikitpun memiliki rasa sombong dalam diri.
Selama beberapa tahun menekuni dunia seni, Sufyan mempunyai harapan besar di bidang kesenian dan belum dapat tercapai karena faktor tidak adanya penyokong dana dan sulitnya membagi waktu akibat kesibukan kuliah dan latihan yaitu ia ingin menyebarkan informasi serta mengajarkan kemampuan tari, silat dan debus yang ia punya ke daerah–daerah yang mana masyarakatnya belum mengetahui tentang kesenian.
Tujuan dari keinginan besarnya tersebut adalah agar masyarakat mengetahui tentang budaya dan kesenian khas Banten, karena jangan sampai orang Banten sendiri tidak tahu mengenai kesenian dan kebudayaan tempat ia berasal. Serta ia tidak ingin jika kesenian khas Banten punah tergerus zaman yang semakin modern.
(ded/ded)