Bahaya Vaksin Palsu dan Kuburan Palsu

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Selasa, 27 Des 2016 15:07 WIB
Jangan sakiti ananda balita, dengan alasan apapun, dengan cara apapun.
Foto: Thinkstock/luiscar
Jakarta, CNN Indonesia -- Rumpun bunga cantik itu mempesona, ia senantiasa memberi kebahagiaan kepada siapa pun di dunia ini. Mau dipanggil apapun, ia tetap bunga abadi di antara suka ria cita rasa.

Hampir tak pernah memberi kesedihan sekalipun, sedikitpun, tak pernah, menurut kisahnya di antara kisah tentang bunga-bunga lain di ketinggian pada keabadian, tempat kejujuran mencurahkan segala tumpahan isi hati.

Edelweiss. Natural. Tak hanya kesan pada warna ia pesonakan kepandangan awal, akan jatuh mencintainya tanpa alasan apapun, tak ingin ia menyakiti makhluk apapun. Adakah kisah kebaikan dalam kemuliaan edelweiss? Masih ada pada modernitas kultur kini, di antara sekian banyak aroma kebijaksanaan kasih sayang.

Tapi mengapa masih ada saja keanehan perilaku kejahatan manipulatif? Alangkah pedihnya, teganya, tanah kuburan tempat keakhiran bagi suatu perjalanan kemuliaan kehidupan, masih ada saja berani menjual kemanusiaan atas nama tertulis di atas batu nisan dipalsukan, jelas tujuannya manipulasi kematian, nyatanya kuburan itu kosong melompong. Kok tega sih?

Jika hal muskil itu masih berani terjadi, ada apakah gerangan di dalam pola keimanan dari makhluk pelaku kejahatan macam itu. Entahlah, abstraksi pada jawaban perbuatan keji itu. Tak ingin rasanya ‘ketegaan’ itu terjadi, di antara aklamasi modernitas menuju kebaikan.

Di antara keadilan hukuman mati bagi para pelaku kejahatan penyelundup narkoba, pembunuh generasi kebangsaan para pengedar racun khayali. Presisi ketepatan putusan hukuamn mati itu telah layak bagi kemaslahatan generasi kedepan, bagi tepat guna pertumbuhan sebuah bangsa, memang diperlukan berani adil tanpa pandang bulu.

Kontroversi, perdebatan panjang dalam susunan motorik syaraf perifer, perfeksi adonan kecerdasan dalam ajang ketentuan hukum formal demi keadilan menjadi kesehatan politik non-politisasi kepentingan sekadar menjadi pesolek, semoga menemukan sumber makna dari suatu keadilan, jika berlangsung dalam detak jatung sehat tanpa vaksin palsu.

Peradaban berkewajiban menjaga kesehatan masyarakat, bersama menumpas lebih dini kejahatan moral vaksin palsu dan kuburan palsu, tak dinyana tak disangka tak diduga, juga telah menjadi kejahatan kelompok, korbannya ananda balita, sama kejamnya dengan pola koruptif, kejahatan itu bisa juga disebut korupsi mental akut, penyakit mendasar pada lini amoral, sangat disayangkan penggunaan kecerdasan untuk menjadi barbarik.

Ke mana perginya makna filosofis kesehatan pada sesama, di nurani para pelaku kejahatan manipulasi vaksin itu. Jangan sakiti ananda balita, dengan alasan apapun, dengan cara apapun. Ananda balita, esai kehidupan dalam prosa bermakna makrifat kasih sayang. Peluk mereka sekarang, lindungi dari kejahatan apapun.

Cinta saja tidak cukup, kasih sayang saja tidak cukup, pendidikan apapun belum cukup, untuk melindungi ananda balita, berikan ruh ini jika mungkin bersama berkat cinta dan kasih sayang.

Salam cinta dan kasih sayang, bagi semua keluarga pemilik cinta untuk ananda balita tersayang, saling berbagi kisah-kisah di antara keabadian edelweiss. Salam bahagia bagi keluarga Indonesia. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER