Kasih Ibu kepada Beta

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 26 Des 2016 16:29 WIB
Kamu tak lagi sering bisa memeluk Ibunda? Sesungguhnya Ibunda tetap ada di hati sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia.
Foto: ebrahim/Pixabay
Jakarta, CNN Indonesia -- Kasih Ibu Kepada Beta

Larik lagu kenangan ini takkan terlupa oleh siapapun. Ciptaan S.M. Muchtar.

Kasih Ibu,
kepada beta
tak terhingga sepanjang masa

Hanya memberi,
tak harap kembali,
bagai sang surya, menyinari dunia

Lagu dengan lirik sederhana bermakna universal, dalam iman kasih sayang. Seperti di tulis oleh Kak Permita Hestin di CNN Student ini, “Hari Ibu, Mengapa Diperingati?” Ada sejarah awalnya di dalamnya tentang cinta dan kasih sayang.

Benarkah cinta tak harus memiliki. Siapa bilang begitu. Cinta memiliki dirinya. Memiliki komitmen. Memiliki Air Susu Ibu (ASI).

Ibu memiliki amanah membimbing budi pekerti dan pendidikan Anandanya setulus nurani. Dengan segala cinta dan kasihnya. Terluka, sedih, kecewa, khawatir, was-was, ketika Ibunda berpisah dengan Anandanya. Cinta itu harus pergi menuju ruang dewasa. Ruang berbeda.

Sebenarnya, benar. Siapa akan tahu perasaan hati seorang Ibu. Saat melepas Anandanya pergi. Ketika Anandanya harus berpindah menuju cita-cita.

Ada kasih sayang terbawa pergi bersama cita-cita, tak lagi sering bisa memeluk Ibunda, meski sesungguhnya Ibunda tetap ada di hati sepanjang masa, bagai sang surya menyinari dunia.

Cita-cita membawa Ananda pergi jauh, tak lagi melihat Ibu bersedih, gembira bersama Ananda, kehangatan, sejuknya pandangan Bunda, jika beliau tahu Anandanya tengah berbohong dari suatu larangan dari Bunda dilanggar Anandanya, semisal sedang batuk makan permen. Masa kecil senantiasa indah, tak ada lagi bersama Ananda, benar, sebenarnya benar, apakah Ananda kehilangan masa indah itu?

Yakin? Ananda tahu dengan benar betapa besar cinta Ibu pada Ananda. Seberapa banyak Ananda tahu perasaan cinta Ibu. Melahirkan, menimang, menina bobokan Ananda, dengan dongeng tidur.

Bener nih? Yakin tahu? Betapa tulusnya cinta kasih Ibunda pada Anandanya, bahwa kita, anda, kamu, kau, saya dan daku, telah dengan sesungguhnya memberi cinta sebesar diberikan Ibu pada Ananda?

Anda punya Ibu. Saya punya Ibu. Kamu punya Ibu. Kau dan aku punya Ibu. Apakah sudah benar keputusan hidup Ananda, meski sudah menyatakan ketulusan tujuan dan cita-cita pada Ibu. Meski, tujuan dan cita-cita tak seperti harapan Ibu. Benar? Tahu? Ibu tidak bersedih. Tidak kecewa. Ketika cita-cita Ananda tak seperti harapan Ibu?

Siapa harus memahami perasaan Ibu. Menyentuh dengan kalbu setulus embun memberi oksigen pada daun. Benar? Kamu, saya dikau dan aku, apakah sudah tahu benar, sebenarnya, bahwa Ibu bersedih pada putusan pilihan Ananda.

Yakin? Bahwa Ibu tidak kecewa dengan pilihan Ananda, karena Ibu tersenyum. Ibu tidak menangis. Ibu membelai kepala Ananda dan mendoakan segala kebaikan bagi Anandanya senantiasa, apapun keputusan Anandanya.

Tak ada. Tak akan ada. Tak pernah ada. Tak ada satu pun hal apapun, mampu mengganti cinta kasih Ibu pada Ananda dengan apapun.

Jangan pernah merasa paling tahu. Paling berjasa. Paling hebat. Meski Ananda telah menjadi seorang hebat sekalipun. Meskipun telah menjadi seorang raja, mampu membeli matahari dan rembulan untuk Ibundanya. Jangan pernah seakan paling tahu melebihi Ibunda.

Jika benar Ananda sangat tahu seterang-terangnya hati Ibu. Mengapa Ananda melakukan kejahatan. Mengapa Ananda memilih cita-cita tak seperti harapan Ibu. Tanya pada Ibunda. Tanya pada nurani Ananda. Tanya tentang Ibunda pada nurani Ilahi pemberi berkat kehidupan.

Kita, anda, kamu dan aku. Sungguh. Sesungguhnya. Tak pernah tahu nurani Ibu. Telah mengemban berkat, cinta dan kasih sayang, dalam sembilan bulan kandungan.

Sungkem Bagi Semua Ibu. Salam hari Ibu bagi Indonesia Unit. (ded/ded)
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER