Bandung, CNN Indonesia -- Nining Meida ingin terus mempertahankan semangat untuk tetap berkarya di panggung hiburan. Pelantun tembang Pop Sunda yang banyak menyanyikan lagu karya Nano S. seperti Potret Manehna, Kalangkang dan Rangrang Panyawangan ini ingin terus bernyanyi selagi dirinya masih sehat dan kuat.
“Saya ingin menjadi kebanggaan banyak orang” ujar Nining saat ditemui di acara Pelantikan Pengurus DPD PAPPRI Jawa Barat untuk mengisi acara, beberapa waktu lalu.
Wanita yang suka bernyanyi sejak umur tiga tahun ini mengatakan untuk menembus dapur rekaman bukanlah langkah mudah, melainkan harus punya prestasi tersendiri. “Saya bisa rekaman itu karena festival dan pasang giri, ada prosesnya dan tidak asal-asalan” ujar wanita kelahiran 6 Juni 1965 ini.
Dia juga mengungkapkan bahwa bakat dan punya modal kecantikan serta main di gamelan, pop singer dan sering mengikuti festival menjadi modal utama sebelum dirinya dikenal lebih jauh oleh publik.
Menurut Nining, saat akan memulai rekaman banyak proses yang harus dilaluinya. Dia bahkan sempat merasa deg-degan dan takut saat melihat operator di studio. Diajak oleh Ujang Suryana, saat itu Nining pertama kali rekaman di Whisnu Bas Record.
Pertama kali rekaman, Nining tak lantas langsung menyanyikan lagu Pop Sunda. Awalnya dia rekaman dengan menyanyikan lagu Calung, ke gamelan degung, kawih, kemudian ke Pop Sunda.
Bakat Nining memang ada pada tembang Sunda. Meskipun dia mengaku tidak mempunyai genre tersendiri dan bisa menyanyikan lagu apapun. “Intinya yang membentuk kita itu orang lain, bukan saya sendiri,“ kata teh Nining.
Penggemar tembang Cianjuran ini sangat mengidolakan Ida Widawati. Sejak kecil dia belajar otodidak setelah mendengarkan lagu idolanya. Saking mengidolakan sosok Ida, cover kaset Ida dipajang dan ditempel dan disandingkan dengan fotonya karena waktu itu Nining ingin sekali menjadi penyanyi.
Tak hanya dari mendengarkan lagu, Nining mengungkapkan bahwa di manapun dirinya berada dan apapun yang ditemukannya itu adalah guru baginya. Banyak pengalaman di luar yang didapatkannya kemudian dijadikan sebagai pembelajaran.
Ratusan album sudah diluncurkannya. Bahkan pada tahun 2016 Nining sempat mendapat penghargaan dari Original Rekor Indonesia Aword sebagai Penyanyi Pop Sunda dengan prestasi creator yang telah merilas 100 album Pop Sunda. Tak hanya mendapatkan penghargaan di Pop Sunda, Nining juga merasa bangga karena dirinya juga pernah mendapat penghargaan berdampingan dengan lagu lain seperti dangdut.
“Tapi saya punya kebanggaan bahwa kata orang saya itu penyanyi pop Sunda tapi pas dapat penghargaan berdampingan dengan lain jenis,” tuturnya.
Dalam menggarap album pasti ada kesulitan tersendiri. Tak ada yang dibeda-bedakan oleh Nining. Menurutnya ada cerita yang berkesan di setiap penggarapan album manapun. Banyak medan yang harus dilaluinya dan menjadi pembelajaran tersendiri, karena hari ini tidak akan menjadi hari esok tuturnya.
Lika Liku Berkarya Tantangan terbesar Nining adalah pembajakan album rekamannya. Maslah tersebut terus berdatangan hingga saat ini. Dia kesal karena hasil karya musisi tidak dihargai dan mereka kesulitan mendapatkan haknya. Akan tetapi, permasalahan tersebut tidak membuat Nining patah semangat. Menurutnya, itu mungkin bentuk pengorbanan supaya karyanya semakin dikenal orang.
Kegigihannya untuk bertahan seringkali mendapat omongan dari berbagai kalangan. Nining mencontohkan, selalu ada yang bertanya Teh Nining masih eksis? Masih suka bernyanyi? “Padahal mah di stasiun televisi lokal juga masih banyak yang sering memutar lagu Sunda. Saya sebagai pelakunya saya merasa saya tidak pernah berhenti, saya selelu ingin membuat album lagi, saya selalu tetap semangat,” katanya.
Wanita yang selalu berusaha kuat dan tidak pernah patah semangat ini yakin bahwa masih banyak yang mendukung dirinya. Nining tidak merasa sendiri dan mendapat banyak dukungan serta motivasi dari banyak orang. Salah satunya adalah penggemar Nining Meida yang diberi nama komunitas Danur (Dulur Nining Meida).
Meskipun dirinya belum bisa membahagiakan penggemarnya, dan jarang membalas pesan yang dikirim penggemar karena kesibukan, Nining mengatakan tanpa ada penggemar nama saya tidak akan pernah ada. Dia juga mengucapkan banyak terima kasih dan semoga mereka tetap bangga dengan karyanya.
Ingin Berbagi Konser tunggal Nining pernah terjadi pada 2012 di Sasana Budaya Ganesha, Jalan Tamansari, Kota Bandung. Dia mengatakan menggelar konser tersebut karena ingin berbagi dan menghibur dengan orang Sunda. Hal itu juga merupakan kesempatan bagus untuknya krena tidak akan mungkin terulang lagi.
Hits “Kalangkang” ciptaan Nano S. yang meledak sejak tahun 1986 dibawakan Nining menjadi pengenal dan pelepas rindu para penonton. Lagu itu memang menjadi legenda bagi Nining. Dirinya menuturkan lagu tersebut tidak akan sebagus itu kalau bukan karena pencipta dan musisinya dan bukan karena dirinya.
Antusiasme penonton saat itu dengan jumlah kurang lebih 3.000 orang membuat Nining merasa senang. Tujuannya untuk berbagi dan menghibur tercapai dengan perjuangan yang tidak sia-sia. Nining juga mempunyai prinsip “Kerjakanlah apa yang bisa kita kerjakan selama pekerjaan itu bisa membahagiakan orang bisa bermanfaat banyak untuk oran banyak.”
Selain bernyanyi, Nining juga sangat gemar menanam pohon. “Apapun yang berbau lingkungan saya suka,” tuturnya. Harapannya terhadap permusikan Indonesia khususnya di Pop Sunda untuk jangan berkecil hati, ikhlas membantu mendukung dan senantiasa budaya Sunda tetap abadi abadi sepanjang masa. "Tentunya butuh pengorbanan dan semua itu tidak ada yang kebetulan, mudah-mudahan Allah beri yang terbaik," ujar Nining.