Bandung, CNN Indonesia -- Pagi itu, Bandung sedikit malu-malu. Sang surya hanya sesekali menampakkan wujudnya, seringnya ia bersembunyi di balik awan-awan, Angin menerpa cukup kencang pagi itu, hawa dingin menusuk hingga ke tulang.
Potret sebuah hari idaman yang didambakan, di mana semesta mendukung kemalasan di balik hangatnya selimut. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi para pengunjung Taman Buru Kareumbi Masigit (TBKM). Tak ada kemalasan, yang ada justru semangat berpetualang dalam menjelajah lebatnya hutan Kareumbi.
Bocah-bocah itu berteriak kegirangan sambil melangkahkan kaki jauh lebih ke dalam lebatnya hutan. Kicauan burung-burung dan hembusan angin pagi hari mengiringi langkah kecil para petualang tersebut. Semakin jauh langkah kaki mereka semakin sayup-sayup pula suara mereka terdengar dari kejauhan. Hingga akhirnya kicauan sang burung berubah menjadi suara kepakan sayap dan hanya hembusan angin yang tersisa.
Hutan yang secara administratif tercatat sebagai daerah Kabupaten Bandung, Kabupaten Sumedang dan Kabupaten Garut ini merupakan satu-satunya hutan dengan status taman buru di Jawa dan Bali. Namun, status sebagai taman buru ini nyatanya bukanlah daya tawar utama tempat ini. Masih belum siapnya keadaan hutan dan juga keberadaan rusa sebagai hewan buruan yang belum mencukupi menjadi penyebabnya.
“Kondisi hutan belum bagus, masih banyak area yang kondisinya buruk hingga perlu direboisasi,” ujar Darmanto selaku wakil direktur sekaligus manajer lapangan TMBKM. Ia menambahkan bahwa saat ini, Wanadri selaku pengelola utama tengah berusaha melakukan penangkaran rusa.
Kandang umbar yang dikelilingi pagar dibangun seluas 8 hektare dalam rangka menangkarkan rusa-rusa tersebut. “Kami berharap para rusa ini berhasil dikembang biakkan sehingga wisata buru bisa segera dibuka secara resmi,” lanjutnya.
Wisata Alam Sebagai Alternatif Telah berdiri sejak 2009, nyatanya wisata buru yang digadang-gadang belum juga bisa terlaksana. Meski saat ini, kondisi hutan sudah membaik tapi keberadaan rusa sebagai hewan buruan belum memenuhi standar.
Oleh karena itu, Kareumbi saat ini lebih dikenal sebagai sebuah tempat wisata alam alternatif. Para pengunjung bisa menikmati berbagai fasilitas yang disediakan oleh Kareumbi, mulai dari jungle track, berkemah, perkampungan enclave, menyusuri aliran sungai, rumah pohon, hingga outbond.
Kareumbi memiliki nilai lebih dibanding pesaingnya, yaitu Rancaupas di Ciwidey ataupun Cikole di Lembang. Akses menuju lokasi tidaklah sepadat Lembang atau Ciwidey, lalu sinyal Internet juga akan hilang bila sudah masuk kawasan Kareumbi.
Tentu ini semakin mendekatkan ikatan antara pengunjung dengan alam juga dengan keluarga. Hal inilah yang dijadikan alasan utama oleh keluarga Suherman ketika berkunjung ke Kareumbi. “Di sini enak, lebih deket ketimbang Lembang, terus anak-anak saya bisa jauh dari gadget-nya,” ujarnya.
Rumah pohon merupakan salah satu objek terfavorit di sini. Setiap akhir pekan, rumah pohon ini selalu terisi oleh pengunjung. Hanya dengan membayar donasi untuk warga sekitar sebagai penjaga, rumah ini dapat disewa. Lokasi ini menawarkan sensasi menginap di tengah hutan pinus yang asri dan sejuk.
Area ini cukup jauh dari
camping ground yang lain, sehingga tidak akan terganggu oleh kebisingan dan semakin bisa menyatu dengan alam. Fasilitas yang diberikan rumah ini juga cukup lengkap seperti matras,
sleeping bag, dan kamar mandi. Keberadaan yang cukup terpencil juga dikelilingi oleh sungai kecil yang jernih, akan membuat para pengunjung merasakan pengalaman yang unik.
Jungle track juga menjadi salah satu kegiatan favorit pengunjung. Membelah rimbanya hutan Kareumbi memberikan sensasi tersendiri. Menikmati sejuknya udara pegunungan, tersinari sang surya yang menerobos rindangnya dedaunan dan diiringi kicauan burung membuat pikiran menjadi jernih dan menyatu dengan alam.
Hal ini diamini oleh Baharudin. Pria asal Jakarta ini memilih kegiatan ini supaya anak-anaknya bisa menikmati suasana alam yang sudah tidak bisa dirasakan di ibukota. “Anak-anak meski lelah tapi raut wajah mereka menunjukkan rasa senang, sebagai orang tua saya ingin menumbuhkan rasa cinta terhadap alam kepada dua anak saya,” jelasnya.
Perkampungan enclave mungkin menjadi salah satu keunikan ekowisata yang ditawarkan Kareumbi. Perkampungan enclave merupakan wisata di mana para pengunjung bisa tinggal bersama salah satu keluarga di perkampungan tersebut.
Dalam hal ini, Kareumbi bekerja sama dengan Desa Cigumentong. Para pengunjung bisa merasakan bagaimana rasanya hidup di desa yang berada di tengah hutan, menikmati dinginnya air pegunungan, ikut berkebun bersama warga setempat, mencari bahan makanan di hutan atau kebun lalu memasaknya menggunakan tungku tradisional, dan lain sebagainya.