Berburu Hewan Sekaligus Masa Depan di Kareumbi

CNN Indonesia
Sabtu, 10 Jun 2017 08:19 WIB
Sebagai hutan buru, Kareumbi belum siap. Lantas apa yang dilakukan pengelola? Selain berburu, kamu bisa mendapatkan apa di hutan ini?
Taman Buru Kareumbi Masigit (TBKM) (Foto: UGC CNN Student/Hikma Dirgantara Hertadi)
Bandung, CNN Indonesia -- Mempunyai status sebagai taman buru tentu membuat Kareumbi didatangi para pengunjung yang ingin berburu. Mengetahui keadaan mereka belum siap sebagai taman buru yang mandiri, alhasil pengelola Karimbi harus mumutar otak.

“Karena besarnya antusiasme pengunjung untuk berburu, maka kami buatkan sarana berburu manual,” ujar Darmanto ketika ditemui di kantornya. Sarana berburu manual ini berupa berburu babi hutan menggunakan bantuan anjing. “Jadi, para pemburu hanya perlu meminta izin kepada petugas, setelah izin diberikan mereka akan diarahkan ke area-area yang memang banyak babi hutannya,” jelasnya lebih lanjut.

Darmanto mengakui bahwa hal ini memang tidak memaksimalkan potensi berburu di Kareumbi, namun keadaanlah yang memaksa pihaknya bertindak seperti ini. “Kami tidak mungkin memaksakan kalau memang keadaan di sini belum siap, daripada memaksakan kami memilih untuk bersabar dan mempercepat proses persiapan,” keluhnya.

Cara yang dilakukan Wanadri dalam mempercepat proses persiapan adalah mengadakan program Wali Pohon dan Wali Fauna. Wali Pohon merupakan kegiatan di mana pengunjung bisa memberikan donasi sebesar Rp50.000 dan donasi tersebut digunakan untuk menanam dan merawat bibit pohon.

Timbal baliknya pohon tersebut akan dinamai sesuai nama donaturnya. Tujuan dari program ini adalah reboisasi keadaan hutan yang telah gundul di beberapa area. “Kami tidak mungkin melepas rusa-rusa jika ekosistemnya masih belum layak, oleh karena itu kami menggenjot proses perbaikan ekosistem melalui program ini,” ujar Darmanto.

Program ini diakui oleh Darmanto telah memenuhi harapan pihak pengelola, ratusan hektare area telah ditanami oleh bibit-bibit pohon sejak 2009 hingga saat ini. Prosesnya mungkin memerlukan waktu tapi selama perkembangan selalu menunjukkan peningkatan, Darmanto yakin hanya perlu beberapa tahun lagi hingga keadaan Kareumbi telah siap sebagai hutan buru.

Saat ini pihaknya lebih berfokus pada penangkaran rusa sebagai komoditas utama hewan buruan. Oleh karena itu program Wali fauna dibuat. Program ini berupa pengunjung melakukan donasi sebesar Rp200 ribu untuk pembangunan pagar kandang rusa. Semakin luas pagar yang dibangun maka semakin luas pula habitat bagi para rusa. Jika jumlah rusa semakin banyak maka Kareumbi bisa menjalankan wisata buru yang merupakan tujuan utama diberdirikannya kawasan ini.

Wisata Edukatif
Pada akhirnya sebuah tempat wisata tidak melulu sebagai tempat rekreatif namun juga harus menjadi sarana edukatif. Hal ini tidak lepas dari program Wanadri dalam mengelola Kareumbi. Wanadri sebagai salah satu komunitas pecinta alam di Indonesia menyadari betul betapa pentingnya alam bagi kehidupan. Hal inilah yang ingin mereka bagikan kepada para pengujung, timbulnya rasa peduli dan cinta kepada alam.

“Saya berharap para pengunjung tidak hanya menikmati alam ketika berkunjung kesini, tapi juga muncul rasa cinta dan kepedulian terhadap alam terutama pada generasi penurus,” ujar Darmanto. “Ini cara kami menghasilkan generasi yang peduli dan cinta alam pada masa yang akan datang.”

Saat berada di Kareumbi, saya melihat sebuah kelompok pengunjung yang terdiri dari anak-anak tengah mengadakan outbond di camping ground A. Jen Ricardo salah seorang panitia acara tersebut mengatakan bahwa acara tersebut dibuat dalam rangka membangun semangat mencintai alam.

“Kami ingin anak-anak ini menikmati suasana alam yang tidak dapat mereka temui di mall sehingga mereka kedepannya akan menjaga betul keadaan alam-alam yang masih asri seperti Kareumbi ini,” lanjutnya. “Kami rencananya akan mengikuti program wali pohon, agar anak-anak ini bangga dengan pohon yang mereka tanam saat ini kelak berguna di masa depan.”

Apa yang dilakukan oleh Kareumbi layaknya patut dicontoh oleh pengelola wisata alam lainnya, bahwa kepedulian kita terhadap alam merupakan sebuah langkah investasi. Investasi demi masa depan yang lebih baik dan generasi yang lebih peduli terhadap alam.

“Kami ingin menjadi contoh bagi pengelola wisata alam lainnya, bahwa mengelola alam tidak melulu harus mengeksploitasi alam,” jelas Darmanto sembari memberi makan para rusa. “Alam bukanlah sumber penghasilan, melainkan sumber kehidupan bagi manusia, flora dan juga fauna."
TOPIK TERKAIT
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER