Cinta Ada pada Senyum Bukan pada Amuk

CNN Indonesia
Rabu, 14 Jun 2017 16:14 WIB
Cinta dan kasih sayang ada pada senyum di antara tangis kebahagiaan meraih benar dan baik di prestasi-prestasi. Bukan pada amuk mengebiri diri sendiri.
Ilustrasi (Foto: Pixabay/stokpic)
Jakarta, CNN Indonesia -- Kalimat pendek menjadi indah dan logis jika tidak disalahgunakan akan menjadi idiom-idiom kiasan baik. Tak menjadi fitnah keji untuk sesama meski sebenarnya memaki diri sendiri.

Konflik, gejala imaji seakan-akan skizofrenia, merasa benar mengajari hal tak dipahami diri pada sesama, sebab tak mampu membedakan kegalauan abstraks suara-suara, analisa pikiran semu menepuk air memercik muka sendiri.

Senja akan tampak tidak sebagaimana lazim awan menyongsong matahari, palsu atau asli sulit di bedakan. Rembulan memberi pernyataan tentang benar menjadi relatif, galau membelenggu hati curiga, amuk, bagai pungguk merindukan langit cerah, meski hitam milik sendiri seakan-akan terang.

Berakibat pada pemaksaan kehendak hitam egomania seakan bening bagi diri meski sebenarnya tidak bagi sesama sekalipun, namun tetap tak mau melihat cermin semesta. Tak juga mau mencoba membenahi nurani meski cinta tidak dimiliki lagi untuk diri sendiri sekalipun.

Telah dibelenggu kabut was-was, ketakutan, gemetaran, kejang-kejang, merasa pintar meski sungguh hanya gelap senantiasa ada di hati bersama rasa galau bercuriga berlebihan, meski tak sedikit pun tampak benar di depan kemaslahatan kehidupan alam raya.

Itu bukan sifat harimau, selalu terbuka, menatap berani, menyongsong musuh sekalipun berhadapan dengan singa, tetap mengaum bebas. Berbeda dengan ular, merayap pelan, sembunyi, mematuk dari sunyi belukar, menyelinap dalam gelap dunia fana.

Berjuta pohon tumbuh untuk kebaikan damai lingkungan, berjuta wacana hutan lestari menyatu dengan alam, memainkan simfoni kasih sayang pelukan waktu hangat, di moral keindahan makan-makna. Bagai berjuta balon warna-warni mengangkasa menuju bintang menari.

Bertemu malaikat menyanyikan cinta dan kasih sayang di notasi tanpa belenggu jiwa. Tanpa takut pada diri sendiri mencurigai semesta, seakan-akan hal di luar tubuh salah semua, benar untuk diri sendiri. Alam tak mau menulis apapun ketika diri tak kenal wajah sendiri.

Hingga kala di tengah musim terus berganti, para musafir bertanya tentang cinta pada semesta. Ada wajah para filsuf kebijaksanaan melayang di langit bagai ladang bercahaya benih filosofi kehidupan telah dicipta bagi kemaslahatan peradaban kemanusiaan. Seakan jawaban dari senyum bimasakti dalam filsafat jiwa peradaban.

Senyum terindah. Buang amuk ke tong sampah sebelum invalid terus menerus hadir merujuk diri. Cinta dan kasih sayang ada pada senyum di antara tangis kebahagiaan meraih benar dan baik di prestasi-prestasi. Bukan pada amuk mengebiri diri sendiri tanpa keteladanan.

Kalau cinta kepada negeri ini jangan memeluk api di tengah badai. Datang dan sampaikan kepada kebijaksanaan seperti Ilahi memberi ruh di iman kehidupan. Salam Cinta Indonesia, negeri untuk orang baik. Tetap fokus membasmi manipulator koruptor.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER