Balada Angkot

Jakarta, CNN Indonesia -- Tak bisa dipungkiri, angkot alias angkutan umum perkotaan adalah jenis moda transportasi umum yang paling banyak penggunanya. Ongkosnya memang relatif terjangkau. Tapi tak urung banyak cerita negatif yang mengikutinya.

Populasi angkot di beberapa kota besar yang begitu banyak membuat angkot jadi kambing hitam kemacetan lalu lintas. Soalnya, angkot memang kadang punya kebiasaan mengetem di sembarang tempat.

Belum lagi polusi udara yang dihasilkan, perilaku pengemudinya yang ugal-ugalan, sampai pelanggaran lalu lintas. Pun kriminalitas.

Simak saja kasus AL (45) yang diamuk warga hingga bonyok dari sekujur tubuh hingga kepala di Jalan Kalibaru Barat, RT 12 Kalibaru, Cilincing, Jakarta Utara karena kepergok mencopet handphone seorang wanita di angkot.

Lalu ada kasus karyawati berinisial HY (22) yang menjadi korban pemerkosaan pada kamis, 12 November 2015. Korban sempat melawan aksi bejat pelaku bernama tersebut hingga akhirnya harus menuruti pelaku yang tidak lain merupakan supir angkot yang dinaikinya.

Kasus-kasus ini mengindikasikan sisi gelap angkot. Padahal, salah satu hak asasi manusia Indonesia adalah hak untuk hidup nyaman dan aman sesuai dengan pasal 28D ayat (1) UUD 1945 yang berbunyi, “Setiap orang berhak atas pengakuan, jaminan, perlindungan, dan kepastian hukum yang adil serta perlakuan yang sama di hadapan hukum.”

Angkot tentunya dipilih dan dipercaya oleh masyarakat karena berbagai alasan. Berbagai kasus di atas membuktikan bahwa tidak ada angkutan umum yang aman terutama apabila kita melihat berbagai kasus serupa terjadi di angkutan umum lain.

Kasus-kasus kriminalitas di angkot banyak yang menimpa perempuan. Oleh karena itu, perempuan yang kerap memanfaatkan jasa angkot harus berhati-hati. Kamu juga perlu membekali diri dengan kemampuan untuk membela diri.