Bandung, CNN Indonesia --
“Situ Ciburuy laukna hese dipancing nyeredet hate ningali ngeplak caina Duh eta saha nu ngalangkung unggal enjing Nyeredet hate Ningali sorot socana.”
Penggalan lagu tersebut menjadi lagu yang cukup terkenal di Jawa Barat. Lagu yang berjudul “Bubuy bulan” tersebut merepresentasikan sebuah situ yang ada di Padalarang, yaitu Situ Ciburuy. Situ adalah bahasa Sunda yang berarti danau.
Situ Ciburuy mulai menjadi objek wisata pada tahun 1985. Objek wisata ini diresmikan oleh Gubernur Jawa Barat pada tahun 1988 dan dikelola oleh Dinas Pendapatan Daerah (Dispenda) Jawa Barat. Pada tahun 2006, setelah Bandung Barat menjadi kabupaten, objek wisata ini dikelola oleh Dinas Budaya dan Pariwisata (Disbudpar) Kabupaten Bandung Barat.
Menurut Koko yang ada di objek wisata ini sejak didirikan, Situ Ciburuy adalah air menggenang dari sebuah mata air. Tapi saat ini mata air tersebut menghilang. Sekitar tahun 1920-an oleh Belanda dibuat benteng-benteng yang membendung aliran air dari aliran air tersebut hingga akhirnya menjadi danau atau orang Sunda menyebutnya Situ.
Situ Ciburuy memiliki sejarah dengan namanya yang ikonik. Sejarahnya dahulu Situ Ciburuy adalah tempat untuk perkembangbiakan ikan mas, tempat perkembangbiakan ikan mas di sekitar situ Ciburuy mengundang hewan lain seperti kodok untuk hidup di sekitar tempat perkembangbiakan, setelah beberapa lama, banyak muncul adalah berudu kodok yang dalam bahasa sunda disebut buruy, jadilah Situ Ciburuy.
Sebenarnya dahulu ada beberapa situ yang ada di daerah Padalarang. Situ Ciburuy menjadi situ terakhir yang masih ada hingga saat ini. Situ-situ yang ada di Padalarang sekarang sudah menjadi lapangan atau menjadi bangunan-bangunan.
Situ Ciburuy yang tidak mempunyai sumber air kini hanya menjadi tadah hujan. Seperti pada tahun 2012-2013, yang mana Situ Ciburuy menjadi tahun yang kering dan jarang sekali turun hujan, air di Situ Ciburuy surut hingga perahu tidak dapat melaju di tengah situ.
Hanya ada sedikit wilayah yang di genangi air setinggi sekitar 30 cm. Bahkan, Situ Ciburuy menjadi lapangan sepakbola oleh anak-anak yang ada di sekitar Situ Ciburuy. Pada tahun sekitar 2014-2017, jarangnya musim kemarau tidak membuat hal tersebut terulang kembali. Air yang ada di Situ Ciburuy pun tidak bertambah ataupun berkurang.
Situ Ciburuy menjadi objek wisata yang banyak diminati oleh masyarakat pada zamannya. Seperti untuk masyarakat Cicalengka dan sekitarnya. Situ Ciburuy ini menjadi objek wisata yang banyak didatangi oleh masyarakat Bandung. Hal tersebut karena tempat wisata di sekitar Bandung masih belum dikembangkan seperti saat ini.
Menurut Koko dan Wati sebagai pedagang, Situ Ciburuy sulit untuk berkembang, karena tidak adanya cinderamata ataupun objek lain yang bisa dinikmati. Orang-orang berwisata ke Situ Ciburuy hanya bisa menaiki perahu baik itu mengelilingi Situ Ciburuy ataupun pergi ke tengah pulau Situ Ciburuy. Lalu di sekitar Situ hanya ada saung-saung tempat makan untuk pengunjung.
“Tidak seperti objek wisata lain yang minimal ada cinderamata yang bisa dibawa oleh pengunjung baik itu kerajinan atau makanan khas,” tutur Koko.
“Ngga ada yang bisa dinikmati lagi, cuma bisa lihat perahu sama paling istirahat sebentar karena pulang dari Jakarta,” tutur Adi, seorang pengunjung.
Akan tetapi Situ Ciburuy akan sangat ramai apabila sedang hari raya Idul Fitri, banyak sekali pengunjung yang datang. Bahkan Koko bercerita bahwa ia sampai lupa untuk makan saking ramainya pengunjung. Hal yang sama juga dirasakan oleh Wati.
Menurut Amun seorang pengelola Situ Ciburuy, Situ Ciburuy hanya tempat pariwisata singgahan, bukan tujuan, seperti pada saat sedang perjalanan melewati Situ Ciburuy hanya mampir sebentar untuk makan atau untuk istirahat.
Amun juga menyayangkan, Situ Ciburuy secara lokasi tempat yang strategis tak jauh dari Gerbang Tol Padalarang dan merupakan tempat berhentinya Damri dari Bandung. Tidak bisa menjadi tempat wisata yang lebih baik. Padahal potensinya cukup besar, dengan keadaan yang seperti sekarang ini saja Situ Ciburuy selalu memenuhi target pengunjung dari Disbudpar.
Wisata yang dikelilingi oleh masyarakat Kekurangan yang ada di wisata Ciburuy ini adalah ia dikelilingi masyarakat. Masyarakat yang kurang mengerti malah akan merusak tatanan keindahan situ Ciburuy itu sendiri. Seperti membuang sampah yang menyebabkan situ menjadi kotor dan banyak sampah menggunung.
"Sampai petugas tata kota yang berada di Jakarta pernah datang kemari dan menegur kenapa Situ Ciburuy bisa menjadi seperti ini," kata Koko bercerita. Dia bilang situ Ciburuy tak ubahnya tong sampah, karena aliran air dari Padalarang bermuara di Situ Ciburuy dan banyak masyarakat yang membuang sampah ke selokan dan akhirnya bermuara di Situ Ciburuy.
Koko menggagas sebuah program pengangkutan sampah yang bernama Masyarakat Peduli Lingkungan. Sudah hampir 2 tahun program ini berjalan. Dari satu Rukun Warga di Desa Ciburuy bisa mencapai satu truk untuk satu kali pengangkutan setiap minggu. Lebih banyaknya orang yang tidak sadar akan kebersihan sekitaran Ciburuy membuat orang-orang yang sadar akan kebersihan menjadi ikut-ikutan tidak sadar karena kalah jumlah dan karena melihat orang lain yang tidak sadar.
Hal lain juga dijelaskan Amun bahwa dengan dikelilingi oleh masyarakat, Situ Ciburuy ini tidak efektif, karena ia terkadang kesulitan untuk membedakan mana pengunjung mana masyarakat yang masuk ke dalam kawasan Situ Ciburuy. Dengan adanya kantor Desa Ciburuy di kawasan wisata juga cukup menyulitkan petugas.
Kurangnya Perhatian Pemerintah “Lebih baik ditata dengan baik seperti bangunannya dikonstruksi ulang sehingga pengunjung akan lebih senang untuk main ke Situ Ciburuy. Walaupun membayar sewa, tidak apa-apa asal tempatnya menjadi enak dan tidak kotor oleh sampah dan bangunan yang sudah tidak jelas bentuknya,” tutur Wati, seorang pedagang sekitar Situ Ciburuy. Ia yang menempati bangunan tidak resmi merasa lebih baik bila pemerintah Disbudpar Kabupaten Bandung Barat, membuat bangunan yang disewakan.
Semenjak berpindah tangan ke Kabupaten Bandung Barat, tidak adanya kesadaran dari pemerintah untuk keberlangsungan Situ Ciburuy, misalnya untuk hal seperti alat kebersihan sekarang tidak berikan oleh pemerintah, padahal ada keuangan yang masuk dari wilayah Situ Ciburuy ini dan tidak ada timbal balik untuk tempat wisata ini.
Kebersihan yang ada di taman saat masuk juga tidak enak untuk dilihat oleh pengunjung karena kotor dan tidak terawat. Baik dari warga, pedagang, dan pemerintah kurang ada kesadaran untuk membuat Situ Ciburuy ini menjadi lebih baik. Dalam kurun lima tahun terakhir juga tidak pernah ada perbaikan untuk seperti pagar yang sudah berkarat dan keropos ataupun mengecat benteng-benteng yang ada di sekitar.
Semoga saja ada kesadaran dari pemerintah Kabupaten Bandung Barat, untuk kemajuan tempat wisata Situ Ciburuy yang sekarang terlihat dibiarkan. Baik itu dari segi kebersihan, keindahan, maupun kelayakannya sebagai tempat wisata.