Jakarta, CNN Indonesia -- Helena Tumbelaka main basket sejak kelas 4 SD. Awalnya Helena tertarik dengan basket karena dia senang berolahraga, apapun yang bersifat berlari dia sukai. Jadi pada saat berkenalan dengan basket, dia langsung suka.
Kemudian basket menjadi hobi yang diteruskan hingga ditekuni dan menjadikan Helena yang sekarang, yaitu seorang atlet basket berprestasi. Orang yang dia idolakan dalam dunia perbasketan untuk saat ini adalah Steven Curry karena memiliki posisi yang sama seperti dirinya yaitu posisi shooter, dan juga Michael Jordan-Kobe Bryant, yang merupakan legenda basket dunia. Dia begitu terkagum dengan permainan basket para idolanya.
Seiring dengan berjalannya waktu dalam kehidupan perbasketannya pun Helena banyak meraih prestasi. Dia mendapatkan penghargaan Most Valuable Player dan Topscorer beberapa kali dalam ajang Kejuaraan Nasional (KEJURNAS) antar club KU 14, KU 16, dan KU 18. Dia juga menjadi juara di dalam Pekan Olahraga Pelajar antar Wilayah (POPWIL), Pekan Olahraga Pelajar Nasional (POPNAS) yang merupakan salah satu momentum yang Helena senangi karena tim DKI Jakarta sempat diremehkan dan dianggap akan kalah namun nyatanya dengan kebersatuan tim mereka dapat membawa pulang piala juara 1.
Helena juga berprestasi di Pekan Olahraga Nasional (PON), Pekan Olahraga Mahasiswa Nasional (POMNAS) dan juga sempat terpanggil untuk seleksi Tim Nasional 24 besar untuk Sea Games 2017. Dilanjutkan hingga saat ini Helena masih aktif menjadi bagian dari liga profesional basket, dan dia bergabung di dalam Merpati Club yang berasal dari Bali.
Siapa sangka perempuan berbadan kecil ini memiliki banyak prestasi! Pasti ini semua dapat dia lakukan karena kerja keras dan kecintaannya terhadap basket. Helena juga sudah pernah banyak mengunjungi beberapa kota di dalam negeri untuk meraih passion-nya yaitu ke Bengkulu, Yogyakarta, Semarang, Surabaya, Bali, Makasar, Bandung, Bogor, Tangerang dan yang terjauh itu Banda Aceh. Dia juga sempat ke Filipina juga untuk latih tanding.
Tapi Helena belum berkesempatan untuk mengakhiri seleksi tim nasional karena cedera yang sempat ia alami waktu seleksi. Dia sempat mengalami cedera ACL (Anterior Cruciate Ligament). Ligamen yang ada di dalam lutut manusia yang berfungsi menjaga stabilitas pergerakan, yang menyambung antar tulang paha dan betis sehingga tidak terjadi dislokasi tulang. Semua itu terhentikan karena satu-satunya cara untuk mengatasi cedera tersebut adalah operasi. Mengapa? Karena ACL yang robek/putus tidak bisa sembuh dengan sendirinya.
Setelah operasi pun, juga harus didukung dengan proses rehabilitasi yang baik sehingga hasilnya maksimal. Walaupun kejadian cedera ACL yang Helena alami dapat dikatakan merupakan bagian tersedih dari kehidupan perbasketannya, namun ternyata hal ini tidak menghentikan dia dari bermain basket.
Helena masih memiliki satu mimpi yaitu untuk mengharumkan nama bangsa dengan bermain di tim nasional basket Indonesia. Itulah tujuan yang memotivasi dirinya untuk masih bermain basket hingga saat ini.
Helena mengatakan, “Hal yang bisa membuat bertahan bagi saya dalam basket adalah tujuan dalam bermain basket itu sendiri atau bisa dibilang mimpi. Faktor pendukung lainnya seperti passion, hobi, kebersamaan dalam sebuah tim, dan mimpi harus terus ada di dalam segala hal biar kita bisa terus berjalan maju mencapai goal tersebut.”
Bagaimana sih cara Helena mempertahankan prinsip seorang pembasket? Apakah ada konsekuensinya? Dan Bagaimana dia cara membagi waktu?
Perempuan kelahiran 1992 ini mengatakan bahwa prinsip itu bukan cuma di dalam basket saja, tapi lebih luas, yaitu bagaimana cara kita menjalankan hidup. “Bertahan pada apa yang saya percaya, nilai-nilai yang saya punya, saya hidupi di dalam lingkungan basket. Ditambah nilai-nilai yang saya dapatkan pada dunia basket, saya terapkan dalam dunia sehari-hari saya. Konsekuensi di dalam setiap pilihan itu pasti ada, tinggal bagaimana kita menanggapi dan menjalankan konsekuensi tersebut. Membagi waktu untuk saat ini bukan menjadi sebuah hal besar bagi saya, karena basket sudah jadi pekerjaan saya. Jadi semua menyesuaikan dengan jadwal basketnya,” ujarnya.
Sejauh ini adakah penyesalan Helena karena memilih basket sebagai karier? Begini katanya: “Penyesalan sih harusnya tidak boleh ada ya karena itu pilihan kita. Tapi “perasaan” itu tetap ada, pasti ada saja waktu rasanya ingin menjadi orang yang biasanya itu bekerja, bisa punya waktu untuk jalan-jalan dan sebagainya.” Walau begitu dia sudah memilih dan tetap senang menjalani kegemaran main basket.
Selain talenta di dalam dunia basket, ternyata Helena juga memilikim talenta dalam dunia musik, yang dia dapatkan dari keturunan ibunya yang adalah Heidi Awuy yang merupakan pemain harpa profesional. Sepertinya musik sudah menjadi darah daging ya! Di luar semua kesibukan Helena dalam basket, dia juga adalah family-person yang selalu berusaha untuk menyempatkan waktu dengan keluarga dan Helena juga aktif dalam pelayanan di gereja.
“Helena adalah orang yang sangat tangguh dan pantang menyerah, saya melihat dengan mata kepala saya sendiri bagaimana dia terus fight-back dalam proses pemulihan terhadap cederanya karena dia masih memiliki keinginan untuk membawa nama Indonesia menjadi yang lebih baik. Mungkin banyak orang yang kalau sudah di posisi dia dalam menghadapi cedera akan dengan mudah menyerah namun bukan kakakku. Saya begitu terkagum dengan bagaimana cara dia mengatasi rockbottom dalam kehidupan basketnya tetapi terus bertekun dalam semua itu dan menjalani semua itu dengan kepercayaan akan Tuhan, dan bagaimana ia terus menyebarkan energi positif kepada semua orang bahkan pada masa tersulitnya,” begitu kata adik bungsu Helena.
Wah wah wah… mendengar semua cerita tentang Helena ini, jadi pengen deh berkarya dalam diri untuk yang lebih baik dan jangan pernah menyerah terhadap mimpi yang sudah kamu punyai. Semoga dengan cerita kehidupannya anak–anak zaman sekarang bisa mencontohnya dan juga memiliki keinginan untuk mengharumkan nama bangsa Indonesia.
(ded/ded)