Merekalah Pejuang Melawan Lupus

Deddy Sinaga | CNN Indonesia
Senin, 12 Feb 2018 11:54 WIB
Lupus itu penyakit yang mengerikan. Tapi ketiga perempuan ini memilih tak mau kalah dan menyerah. Mereka terus berusaha hidup dengan semangat.
Ilustrasi (Foto: ANTARA FOTO/Agus Bebeng)
Jakarta, CNN Indonesia -- Lupus adalah penyakit autoimun yang disebabkan produksi antibodi yang berlebihan dan sistem imun tubuh menyerang organ tubuh yang sehat. Kekebalan tubuh atau sel pertahanan tubuh yang seharusnya menjaga tubuh dari berbagai serangan virus atau bakteri yang dapat merugikan tubuh, justru malah menyerang dirinya sendiri.

Penyakit ini sebagian besar menyerang kaum wanita berusia 15-50 tahun. Namun ada beberapa kasus Lupus menyerang anak-anak dan pria. Tidak diketahui kenapa Lupus menyerang mayoritas kaum wanita.

Angka penderita penyakit Lupus di Indonesia tidak diketahui secara tepat. Wanita-wanita ini buktikan bahwa hidup dengan penyakit berbahaya tidak menghentikan mereka untuk tetap semangat.

Wanita berusia 20 tahun bernama Salsabilla Atwinita atau biasa dipanggil Caca, didiagnosa penyakit Lupus dari tahun 2013 melalui Biopsi. Sebelumnya, ia pun mengidap penyakit Nefrotik Sindrom atau kebocoran pada ginjal. Tanda-tanda yang disadari adalah kebengkakan yang disebabkan oleh adanya cairan berlebih di dalam tubuh. Caca pun sudah melalui berbagai macam pengobatan.

“Sudah banyak obatnya, selalu berganti dan sampai sekarang tidak mempan,” ujar Caca. “Sampai sekarang pun aku masih konsumsi obat, dan sudah Biopsi ginjal sampai tiga kali.”

Caca yang berkuliah di Universitas Trisakti ini tidak merasa bahwa penyakit yang dideritanya ini mengganggu aktivitas perkuliahannya. “Nggak merasa ada yang menghalangi, cuma kalau terlalu capek akan jadi parah dan kambuh. Tapi aku terus beraktivitas dan nggak ada yang menghalangi.”

Penyakit Lupus menyerang tidak setiap saat. Ada beberapa saat di mana penderita akan merasa bahwa ia sudah sembuh, walaupun sebetulnya penyakit masih ada di dalam tubuh. Lupus akan menyerang pada faktor-faktor tertentu seperti kelelahan karena aktivitas berlebih atau faktor stres.

“Kalau lagi kambuh albumin-nya berkurang jadi aku harus transfusi albumin. Semua badan aku jadi bengkak, namanya edema. Rasanya lemas seperti nggak punya tulang,” ujar Caca.

Apa yang dialami Caca, lain halnya dengan apa yang dialami oleh Rina Mardiani. Rina didiagnosa penyakit Lupus sejak 1 Desember 2006. Awalnya, Rina berobat ke klinik setempat dan dinyatakan terkena tifus. Namun setelah berobat selama 3 bulan dan tidak kunjung sembuh, dokter yang menangani Rina menyatakan bahwa Rina terserang DBD.

“7 bulan nggak sembuh-sembuh. Dari klinik akhirnya merujuk saya ke RSCM. Dokter curiga kalau saya SLE. Saya periksa lab ana profile, dan dari sana positif kalau saya kena Lupus,” kata Rina.

Tanda-tanda yang Rina alami adalah rambut rontok, sariawan, badan panas dan nyeri sendi, turunnya berat badan dan bercak di wajah. Perubahan fisik juga terjadi setelah Rina didiagnosa terserang penyakit Lupus. Fisik yang mudah lelah dan psikis yang tidak boleh stres menghalangi kegiatan yang Rina sukai sebelum terserang penyakit ini. “Dulu saya bisa main basket dan mengendarai motor, sekarang udah nggak bisa,” ujar Rina.

Selain Caca dan Rina, wanita muda bernama Bianca Herdiana juga mempunyai cerita tentang Lupus. Pada tahun 2015, Bianca menyadari ada bercak di tubuhnya. Bianca segera dilarikan ke rumah sakit terdekat, tetapi pada awalnya para dokter tidak ada yang mengetahui apa yang terjadi pada tubuh Bianca.

Bianca telah menjalani berbagai macam pengobatan, seperti obat-obatan tablet atau lewat infus. “Fungsi obat-obatnya untuk anti peradangan, supaya imunnya nggak nyebar ke organ-organ lainnya, dan dikasih vitamin juga,” Ujar Bianca. “Kemoterapi juga, tapi berbeda dengan kanker, sebulan sekali selama 7 kali.”

Perubahan fisik yang signifikan nampak pada diri Bianca, seperti rambut rontok, pipi jadi chubby karena steroid. Lupus yang dideritanya juga menyerang tulang pelvisnya yang mengharuskan Bianca untuk menjalani operasi.

Walaupun harus hidup dengan penyakit yang mengerikan dan mematikan, ketiga wanita tersebut menjalani hidup sebagaimana mestinya. Mereka pantang menyerah dalam melawan penyakit ini. Dukungan orang sekitar adalah salah satu alasan mereka untuk tetap semangat dalam menjalani hidup.

“Jangan pernah buat orang lain kecewa. Jangan buat diri kita menderita, kita harus buat diri kita happy, semangat dan terus tetap menjalani hidup yang semestinya. Keep fighting,” kata Caca kepada teman-teman penderita Lupus lainnya di Indonesia. (ded/ded)
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER