ASEAN 47 TAHUN

Hadapi MEA, Indonesia Tak Punya Strategi

CNN Indonesia
Senin, 18 Agu 2014 19:05 WIB
Indonesia terkesan tak siap menghadapi Masyarakat Ekonomi ASEAN pada 2015 mendatang. Hingga saat ini, belum ada sektor ekonomi yang menjadi prioritas.
Jakarta, CNN Indonesia --

Pemerintah Indonesia dipandang tidak memiliki strategi khusus dalam menghadapi pemberlakuan Masyarakat Ekonomi ASEAN, MEA, pada akhir 2015. 

Pengamat ekonomi dari Econit (Economy, Industry and Trade) Advisory Group, Hendri Saparini mengatakan tidak seperti negara lain, Indonesia belum menetapkan sektor-sektor yang menjadi prioritas dalam MEA. 

“Thailand sudah menetapkan prioritas di sektor makanan kemasan untuk pasar Myanmar. Sedangkan Malaysia, mengutamakan sektor jasa perbankan dan rumah sakit di Indonesia,” kata Hendri Saparini kepada CNNIndonesia pada Senin (18/8). 

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Dia menjelaskan Malaysia sudah banyak membangun rumah sakit dan beli saham perbankan di Indonesia. Mereka juga mengirim pelajar ke Indonesia untuk mempelajari pasar di Indonesia. 

Sementara Indonesia, menurutnya, terkesan siap namun pada kenyataannya tidak memiliki strategi khusus. “Pemerintah terlalu cepat mengumumkan bahwa kita negara paling siap kedua setelah Singapura dalam menghadapi MEA,” ujar Hendri.

Sebelumnya, Direktur Jenderal Kerjasama ASEAN I Gusti Agung Wesaka Puja menegaskan bahwa Indonesia siap mengahadapi MEA. “Persiapan kita sudah siap, tapi mengatakan 100 persen itu butuh proses,” katanya kepada para wartawan dalam acara ulang tahun ASEAN di Sekretariat ASEAN di Jakarta, Senin (18/8).

Masyarakat Ekonomi ASEAN (MEA) adalah perjanjian pasar bebas antar negara ASEAN yang akan dimulai pada akhir 2015, yang  bertujuan meningkatkan kekuatan ekonomi dan daya saing antar anggota ASEAN dengan berbagai cara, seperti mempermudah proses investasi lintas teritori, mengurangi bea masuk pada perdagangan ekspor-impor.

Staf Ahli Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian, Purbaya Yudhi Sadewa, mengakui pihaknya belum mensosialisasikan dampak MEA. “Kurangnya sosialisasi terhadap masyarakat dan pelaku usaha  membuat Indonesia tidak siap dalam menghadapi MEA,” kata Purbaya. 

Menurutnya, Kemenko seharusnya dapat mengkordinasi berbagai lembaga pemerintah terkait, para pengamat dan masyarakat agar terjadi kesepahaman mengenai dampak MEA dan strategi untuk menghadapinya. 

Indonesia Diperkirakan Kesulitan di Awal

Pengusaha di Indonesia diperkirakan akan kesulitan menyesuaikan diri di masa awal kebijakan diberlakukan.

Phillips J Vermonte, pengamat Hubungan Internasional dari CSIS, mengatakan alasannya masih sedikit pengusaha Indonesia yang berorientasi internasional, karena merasa pasar lokal sudah cukup menguntungkan.

Phillips berharap dengan adanya MEA pengusaha juga bisa meningkatkan kompetensinya di pasar internasional.

“Kalau Indonesia melahirkan regulasi yang sama, seperti ekspor dan impor ke negara ASEAN tanpa tarif dan sebaliknya, hal tersebut akan mendorong pertumbuhan ekonomi di kawasan ini,” ujar Phillips.

Selain keuntungan secara ekonomis, MEA juga meningkatkan hubungan antar masyarakat negara. “Para pelaku seperti perusahaan, tenaga kerja dan sebagainya akan memaksimalkan pertumbuhan ekonomi,” kata Phillips. 

LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER