Perdana Menteri Thailand Prayuth Chan-ocha menegaskan bahwa dia bukanlah pemimpin yang diktator, dan siap membuat Thailand lebih menarik bagi para investor Eropa.
Pernyataan ini disampaikan Prayuth dalam pertemuan bisnis dengan Asosiasi Bisnis Thailand-Eropa, TEBA di Bangkok, Rabu (27/8). Pertemuan ini adalah pertemuan bisnis pertama sejak ia dilantik menjadi perdana menteri pada Senin (25/8).
"Tunjukkan rencana investasi kalian, dan saya siap melakukan apa saja," kata Prayuth.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ia juga meminta investor memberikan waktu bagi Thailand untuk menata pemerintahan selama masa transisi.
"Kami berencana memperluas kemungkinan investasi ke negara tetangga," kata Prayuth.
Dalam kesempatan tersebut, Prayuth juga menampik tuduhan bahwa militer Thailand berlaku semena-mena terhadap tawanan perang.
"Saya bukanlah orang yang kejam," ujar Prayuth.
Sementara itu, Direkur Eksekutif TEBA, Hugh Vanjiprabha, menegaskan pihaknya tidak mau membicarakan tentang politik.
"Kami ingin membicarakan investasi, bisnis dan pengembangan teknologi di Thailand," kata Vanjiprabha.
Prayuth dikenal sebagai pemimpin junta militer Thailand pada kudeta yang berhasil menggulingkan perdana menteri sebelumnya, Yingluck Shinawatra
Uni Eropa yang telah lama menjadi rekan bisnis Thailand memutuskan hubungan bisnis dan diplomatik sesaat setelah kudeta militer berlangsung.
Semenjak diangkat sebagai perdana menteri, Prayuth telah membuat agenda kerja selama satu tahun ke depan, yaitu reformasi nasional, pembentukan parlemen pada September mendatang, dan pemilu di tahun 2015.