Menteri Luar Negeri Jerman menyatakan bahwa pada Minggu (31/8) negaranya akan mengumumkan jenis bantuan militer untuk pasukan Kurdi di Irak.
Frank-Walter Steinmeier juga mengatakan Jerman perlu membantu pasukan Kurdi agar dapat bertempur melawan pemberontakan Negara Islam Irak dan Suriah (ISIS), yang sedang berusaha menguasai dunia dengan jalan kekerasan tersebut.
Pernyataan Steinmeier didukung Kanselir Angela Merkel yang mendesak pemerintah Jerman segera melakukan tindakan melawan ISIS.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Keputusan Jerman ini sebenarnya bertentangan dengan prinsip negara bahwa mereka tidak akan pernah mengirim tentara ke daerah konflik.
Namun, Merkel menilai aksi "genosida" di Irak Utara membuat Jerman melakukan tindakan tersebut.
"Jerman tidak bisa mengatakan tidak terpengaruh oleh konflik ISIS. Jerman harus terlibat dalam penyelesaian konflik tersebut,” kata Merkel.
Antisipasi negara-negara Eropa
Pemerintah Jerman khawatir banyak warga negaranya berangkat ke Suriah untuk bergabung dengan ISIS. Begitu juga dengan warga negara Eropa lainnya, terutama negara yang banyak memiliki populasi imigran Muslim.
"Kami memperkirakan ISIS memiliki 20 ribu orang pasukan. Dua ribu orang di antaranya berasal dari Eropa dan 400 orang berasal dari Jerman," kata Merkel.
Menteri Pertahanan Amerika mengklaim Inggris, Perancis, Jerman, Italia, Kroasia, Kanada, Albania sudah berkomitmen menyokong alat-alat peperangan dan pasukan dukungan untuk pasukan Kurdi. Begitu pun Ceko dan Australia, seperti yang pernah diberitakan.
Di tempat berbeda, Perdana Menteri Inggris David Cameron menyatakan September nanti Inggris harus menyiapkan kekuatan militer untuk melawan ISIS, walau mereka belum memutuskan akan mengirim bantuan militer atau tidak.
Pada pertemuan NATO minggu depan di Inggris, Cameron juga berniat menyampaikan rencana tindakan darurat, menyusul niat AS untuk membuat koalisi multi-nasional dengan tujuan memperluas serangan udara ke ISIS.
Rencana tindakan darurat ini tidak hanya berfokus pada ancaman ISIS di Irak dan Suriah, namun juga konflik antara Russia dan Ukraina.