Sekretaris Jenderal NATO, Anders Fogh Rasmussen mengungkapkan NATO tengah mempersiapkan pasukan tempur untuk menghadapi agresi militer Rusia di Ukraina.
Rasmussen dikutip situs resmi NATO mengatakan bahwa pasukan tempur ini akan menjadi bagian dari Rencana Aksi Kesiapan mereka dalam membalas tindakan agresi Rusia, dan juga menanggapi tantangan keamanan di negara-negara sekutu.
"Pasukan yang kami persiapkan akan mampu bertindak cepat, dan melacarkan serangan jika diperlukan," ujar Rasmussen.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selain itu, NATO juga melihat kemungkinan peningkatan infrastruktur yang memadai yang mencakup lapangan udara dan pelabuhan.
Amerika Serikat mendukung gagasan tim cepat tanggap NATO ini, namun juru bicara Keamanan Nasional AS, Caitlin Hayden memperingatkan bahwa pasukan tersebut mungkin akan bersikap bertahan.
"Pasukan ini bukanlah provokasi untuk mengancam Rusia, tapi lebih sebagai sikap NATO untuk berkomitmen mempertahankan keamanan," ujar Hayden.
Presiden Ukraina Petro Poroshenko memperingatkan bahwa hubungan antara Ukraina dan Rusia semakin memburuk, dan bahkan berpotensi pecah menjadi perang terbuka.
"Tidak dapat dipungkiri akan terjadi perang berskala besar di wilayah yang dikuasai oleh kelompok separatis dan tentara Rusia," ujar Poroshenko saat menghadiri konferensi Uni Eropa di Brussel, Belgia.
Juru bicara Organisasi Keamanan dan Kerjasama Eropa, Michael Bociurkiw, menilai pasukan Ukraina kurang persenjataan dibandingkan dengan kelompok separatis pro Rusia.
Oleh karena itu, ketua Komite Senat Hubungan Internasional, Robert Menendez menilai Ukraina butuh bantuan persenjataan untuk menahan agresi militer Rusia.
"Sudah waktunya untuk menyadari apa yang sebenarnya terjadi di timur Ukraina, yaitu adanya tentara Rusia," ujar Menendez.
Sebelumnya Presiden AS Barrack Obama menentang bantuan persenjataan ke Ukraina, namun Menendez menganggap keputusan Obama ini harus dipertimbangkan kembali mengingat keadaan di Ukraina saat ini. sudah berubah
Minggu lalu, NATO mengeluarkan gambar dari satelit yang memperlihatkan ribuan tentara Rusia telah melewati perbatasan Ukraina.
Namun, Rusia membantah pernyataan tersebut dan menyatakan bahwa tentara Rusia sedang berpatroli di garis perbatasan yang memisahkan dua negara bekas Uni Soviet itu.