Jakarta, CNN Indonesia -- Militer Vietnam memborong kapal selam kelas-Kilo buatan Rusia untuk menjaga perbatasan laut, terutama di Laut China Selatan, yang dipersengketakan dengan Tiongkok.
Pembelian enam kapal selam canggih Rusia disepakati Vietnam pada tahun 2009 dengan harga US$2,6 miliar atau sekitar Rp30,5 triliun.
Saat ini sudah ada dua kapal selam Rusia yang dimiliki Vietnam, satu unit lagi akan dikirim November mendatang sementara tiga sisanya akan dikirimkan bertahap dalam waktu dua tahun.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kapal selam ini dilengkapi dengan torpedo jarak-pendek dan rudal anti-kapal dengan daya jangkau hingga 300 kilometer.
Siemon Wezeman, pengamat perdagangan senjata di Stockholm International Peace Research Institute, SIPRI, memperkirakan Vietnam telah menerima sedikitnya 10 dari 50 rudal anti-kapal tahun ini sebagai bagian kesepakatan dengan Moskow.
Dua kapal selam Rusia yang dimiliki Vietnam bersandar di pelabuhan Cam Ranh Bay, tempat pangkalan militer AS pada Perang Vietnam, dan rutin melakukan latihan.
Tentara Vietnam juga saat ini tengah berlatihan menggunakan kapal selam ketiga di perairan St Peterburg sebelum dikirim dua bulan lagi.
Kapal selam keempat sedang menjalani uji coba laut di galangan kapal Admiralty Shipyard, St. Peterburg, sementara dua lainnya dalam tahap pembuatan.
Wezeman mengatakan, tinggal tunggu waktu sampai Hanoi mengirimkan kapal perang mereka untuk mengamankan wilayah sengketa di Laut China Selatan dari tangan Tiongkok.
"Vietnam telah mengubah seluruh skenarionya - mereka punya dua kapal selam, kru dan senjata serta kemampuan dan pengalaman yang terus meningkat. Dari sudut pandang Tiongkok, ancaman Vietnam sudah semakin nyata," kata Wezeman.
Baik Kementerian pertahanan dan Kementerian Luar Negeri Tiongkok enggan menanggapi laporan tersebut.
Hubungan dagang Tiongkok dan Vietnam mengalami peningkatan menjadi US$50 miliar tahun lalu, namun kemitraan yang terjalin ini tidak mampu menurunkan ketegangan kedua negara di Laut China Selatan.
Sebelumnya Vietnam dan Tiongkok pernah berperang memperebutkan wilayah kaya gas itu pada tahun 1979, hal yang sama terjadi tahun 1988 saat militer Beijing menguasai kepulauan Spratly.