Kedutaan Indonesia di Libya mengevakuasi 171 WNI sejak 29 Juli akibat peningkatan pertempuran antar keompok bersenjata dan kejahatan di Tripoli dan Benghazi.
KBRI mengatakan proses evakuasi tersebut dilaksanakan dalam enam tahap.
Sebanyak 34 orang dievakuasi pada tahap pertama (29/7), 51 orang pada tahap kedua (1/8), 37 orang pada tahap ketiga (3/8), 12 orang pada tahap keempat (11/8), 5 orang pada tahap kelima (22/8) dan 32 orang pada tahap keenam (3/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"KBRI Tripoli terus mencari WNI yang tersisa di Libya. KBRI juga mengimbau agar para WNI bersedia dievakuasi, mengingat situasi politik dan keamanan di Libya saat ini sedang memburuk," kata KBRI Tripoli dalam pernyataan yang dikutip.
Di Libya, pertempuran antara kelompok yang saling mengklaim pemerintahan memang terus terjadi.
Kelompok Pemerintah Terpilih menyatakan Fajar Libya sebagai organisasi teroris, sebaliknya Fajar Libya menuduh Pemerintah Libya hanyalah penerus rezim Moammar Khadafi.
Kelompok Parlemen Terpilih sudah melarikan diri ke bagian timur kota Tobruk sementara kelompok radikal Fajar Libya telah menguasai Tripoli.
Serangan roket membombardir pasukan Parlemen Pemerintah di barat Tripoli, sementara serangan udara menghujani pasukan Fajar Libya yang menguasai sebagian besar wilayah Benghazi.
Sebanyak 250.000 warga Libya terpaksa kehilangan tempat tinggal yang hancur karena pertempuran yang telah terjadi selama tiga bulan.
PBB memperingatkan para pelaku peperangan di Libya akan menerima tuntutan kejahatan perang jika terbukti melanggar embargo senjata internasional pada 15 Sepetember nanti.
Saat ini Libya memang masih berada di bawah embargo senjata internasional yang berlaku sejak 2011, tahun di mana terjadinya pemberontakan terhadap diktator Moammar Khadafi.