Jakarta, CNN Indonesia -- Irak membentuk kabinet baru pada Senin (8/9), meskipun beberapa posisi penting seperti posisi menteri pertahanan dan menteri dalam negeri masih kosong.
Perdana menteri Haider al-Abadi berjanji kabinet baru ini akan memperkuat ketahanan Irak, mengapuskan korupsi dan mengurangi peredaran senjata ilegal di Irak.
"Irak tengah berada dalam ancaman dan tak akan mundur sebelum menang," kata al-Abadi.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Al-Abadi menunjuk Saleh al-Mutlak, seorang Muslim Sunni dan Hoshyar Zebari, seorang Kurdi sebagai wakil perdana menteri.
Al-Abadi juga berjanji akan secepatnya mencari menteri pertahanan dan menteri dalam negeri dalam pekan ini.
Mantan perdana menteri kabinet sebelumnya, Nouri al-Maliki, menjabat sebagai salah satu dari tiga wakil presiden.
Al-Maliki terkenal memiliki idealisme politik yang cenderung mengasingkan umat muslim Sunni di Irak.
Selain al-Maliki, mantan perdana menteri Ayad Allawi dan mantan juru bicara parlemen Osama al-Nujaifi juga menjabat sebagai wakil presiden.
Menteri Luar Negeri AS, John Kerry menilai kabinet baru Irak mempunyai potensi untuk menyatukan berbagai golongan agama yang sering bertikai di Irak.
Sekretaris Jenderal PBB Ban Ki-moon menilai kabinet baru Irak adalah langkah positif untuk membangun keamanan politik dan perdamaian di Irak.
Kabinet baru ini terbentuk sehari sebelum tenggat waktu yang diberikan AS, setelah pekan lalu Presiden AS Barack Obama mendesak Irak untuk segera membentuk kabinet baru yang dapat mewakili muslim Sunni, Syiah dan Kurdi, jika menginkan bantuan AS untuk memerangi ISIS.
Dalam pidatonya pekan lalu, Obama berjanji akan membantu persenjataan Irak dan melatih pejuang Kurdi dalam melawan kelompok militan ISIS yang dia sebut sebagai "kanker".
Dia juga berjanji akan bekerjasama dengan beberapa negara Timur Tengah dan membeberkan startegi prang melawan ISIS pada Rabu mendatang.