Jakarta, CNN Indonesia -- Kebijakan Presiden Rusia Vladimir Putin untuk bekerja sama dengan Turki untuk impor bahan pangan menjadikan harga daging, buah, sayuran, impor susu dan bahan baku lain diperkirakan akan meningkat tiga kali lipat di Turki.
Hay Eralp, pekerja rumah tangga yang rutin berbelanja mingguan mengatakan saat ini harga bahan makanan di pasar lokal Istanbul telah melambung tinggi.
"Kini kami hanya bisa membeli daging sebulan sekali ketika kami mendapatkan upah, dan kami tidak bisa membeli pisang, atau bahkan buah ara karena mahal," ujar Hay, Minggu (21/9).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hay, yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga untuk menambah penghasilan suaminya yang bekerja sebagai satpam ini mengaku khawatir pendapatan mereka tidak cukup untuk membeli bahan makanan.
"Anak saya sudah mulai beranjak dewasa, sehingga saya perlu memberi dia banyak asupan makanan dan buah-buahan segar," ujar Hay.
Hay mengaku, jika harga tengah melambung tinggi terutama pada akhir tahun, dia terpaksa pulang dari pasar dengan tangan kosong.
Pengamat mengatakan rencana ekspor Turki ke Rusia dapat mempengaruhi keseimbangan penawaran dan permintaan di pasar lokal Turki, terlebih pada musim kemarau dan kegagalan panen belakangan ini telah menyebabkan harga produk makanan dasar naik.
"Harga yang terlalu tinggi akan menimbulkan berbagai masalah, seperti masalah sosial, orang-orang kelaparan, dan memberikan dampak kemiskinan," ujar profesor perdagangan internasional, Altay Atli, dari Universitas Bogazici.
Namun, Kepala Asosiasi Ritel Turki, Gurbet Altay berpendapat bahwa kesempatan bisnis dengan Rusia akan menjadi meningkatkan pertumbuhan ekonomi bagi Turki dalam jangka panjang.
"Ekspor senilai US$15,5 miliar ini sangat bagus bagi Turki, karena Rusia akan membeli produk yang sesuai dengan standar mereka dan perusahaan yang memasok bahan pangan dari Turki akan memastikan stabilitas harga mereka," ujar Altay.
Namun, saat ini, warga Turki menginginkan terciptanya stabilitas harga di pasar lokal.
Rusia menghentikan impor bahan pangan senilai US$9 miliar dari Uni Eropa, AS, Australia dan Norwegia sebagai balasan atas sanksi perdagangan yang diterapkan Uni Eropa karena keterlibatan negara itu terhadap konflik di Ukraina.
Uni Eropa menuding Rusia mengirimkan bantuan senjata kepada kelompok separatisme Ukraina di daerah Donetsk dan Lughansk untuk bertempur melawan tentara pemerintahan.
Hingga saat ini, gencatan senjata antara Rusia dan Ukraina yang telah terjadi selama dua pekan terancam berakhir karena situasi di perbatasan kedua negara kembali bergejolak.