Jakarta, CNN Indonesia -- Ratusan ribu orang di seluruh dunia menggelar aksi damai memperingati bahaya perubahan iklim yang diikuti juga oleh para pesohor dan tokoh-tokoh politik, menjadikannya sebagai aksi lingkungan terbesar yang pernah tercatat sejarah.
Menurut penyelenggara aksi "People's Climate March" di New York, Amerika Serikat, seperti dikutip dari The Guardian, aksi ini diikuti oleh 570 ribu orang dalam 2.700 aksi di 161 negara, mulai dari segelintir kecil orang di Aleppo, Suriah hingga aksi raksasa di New York yang dihadiri 310 ribu orang dengan barisan sepanjang 3,2 kilometer.
Aksi di Kota Big Apple dihadiri oleh aktor Leonardo DiCaprio, mantan wakil presiden AS Al Gore, Sekretaris Jenderal Ban Ki-moon dan walikota New York Bill de Blasio.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Di Paris, Prancis, aksi itu diikuti oleh 5.000 orang yang kebanyakan mengendarai sepeda sembari membawa spanduk bertuliskan "Iklim dalam Bahaya" atau "Pemimpin dunia, bertindaklah!"
"Sebelumnya kita bisa mengatakan tidak tahu. Tapi sekarang kita tahu. Perubahan iklim sedang terjadi," kata Nicolas Hulot, utusan khusus presiden Prancis untuk perlindungan planet, dalam orasinya di Paris.
Di London, sekitar 40 ribu orang ikut dalam aksi yang digelar dengan berjalan kaki menuju Gedung Parlemen. Di Melbourne, Australia, massa membawa boneka raksasa untuk Perdana Menteri Tony Abbott.
Sekitar 15 ribu orang gelar aksi di Berlin, Jerman, 5 ribu lainnya di Rio de Janeiro, Brasil.
Aksi menjadi riuh setelah mengheningkan cipta karena peserta boleh membunyikan benda apa pun yang mereka miliki, termasuk peluit, alarm dan marching bands, bahkan membunyikan lonceng gereja.
Di New York, Walikota de Blasio mengumumkan bahwa kota itu berkomitmen mengurasi emisi gas rumah kaca hingga 80 persen hingga level 2005 pada 2050.
"Perubahan iklim adalah ancaman yang nyata bagi warga New York dan planet kita. Bertindak sekarang adalah tanggung jawab moral," kata de Blasio.
Selasa pekan ini (23/9) PBB akan menggelar KTT perubahan iklim yang akan dihadiri 125 kepala negara. KTT semacam ini terakhri kali digelar pada 2009 lalu di Kopenhagen, Denmark.
Sekjen PBB Ban berharap para pemimpin negara bisa menelurkan kesepakatan universal soal perubahan iklim pada akhir 2015.
Perubahan iklim telah menyebabkan banyak bencana di bumi, termasuk peningkatan air laut dan semakin parahnya bencana akibat topan dan badai yang terjadi akibat semakin hangatnya suhu bumi.
Sekitar 80 persen dari 3.496 bencana dalam 10 tahun terakhir adalah akibat dari banjir dan topan.
Menteri Luar Negeri AS John Kerry mengatakan bahwa perubahan iklim adalah ancaman bagi tata dunia, sama berbahayanya seperti ebola dan ISIS.
"Saat kita menghadapi ISIS, menghadapi terorisme dan ebola, perubahan iklim juga harus disadari bahayanya. Ada daftar panjang hal-hal penting di hadapan kita, ancaman perubahan iklim menempati posisi utama dalam daftar tersebut," kata Kerry.