KTT IKLIM PBB

Prancis Janjikan Dana Perubahan Iklim

CNN Indonesia
Rabu, 24 Sep 2014 16:53 WIB
Demi menangani perubahan iklim dunia, pemerintah Prancis berjanji memberikan dana sebesar US$ 1 miliar pada KTT Perubahan Iklim PBB di New York, AS.
Untuk menangani perubahan iklim diperlukan dana bantuan setidaknya US$15 miliar (Reuters/Alan Jocard).
New York, CNN Indonesia -- Pemerintah Perancis menjanjikan bantuan sebesar US$1 miliar kepada negara-negara berkembang untuk mengatasi perubahan iklim.

Janji ini dikemukakan oleh Presiden Prancis Francois Hollande pada Konferensi Tingkat Tinggi Iklim Perserikatan Bangsa-Bangsa yang diselenggarakan di New York pada Selasa (23/9).

Selain menyumbang dana, Perancis juga menyerukan perekonomian hijau baru sebagai hasil nyata pertama dari KTT Iklim PBB 2014.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Hollande mengatakan perlu dibentuk perekonomian hijau untuk mencapai kesepakatan dalam mengatasi perubahan iklim global.

"Kita perlu menetapkan perekonomian yang baru bagi dunia. Kalian tidak bisa mengatasi perubahan iklim tanpa pembangunan," ujar Hollande.

Pemerintah Perancis mengklaim dana itu akan diberikan kepada lembaga bantuan dana iklim, Green Climate Fund, yang didirikan pada 2010 dan bertempat di Korea Selatan.

Green Climate Fund menargetkan dana bantuan dapat mencapai US$10 miliar hingga US$15 miliar pada akhir tahun, namun hingga kini dana yang terkumpul masih jauh dibawah target meskipun sejumlah negara besar telah ikut menyumbang.

Pemerintah Tiongkok dan Amerika Serikat yang dinilai sebagai dua negara penghasil emisi karbon terbesar di dunia berjanji untuk memberi dukungan dalam kesepakatan mengatasi perubahan iklim, namun tidak menawarkan aksi nyata, terutama dalam pengurangan emisi karbon.

Wakil Perdana Menteri Tiongkok, Zhang Gaoli mengatakan emisi karbon di negaranya akan mencapai tingkat tertinggi dalam waktu dekat dan berjanji akan menyumbang US$6 juta untuk membantu negara-negara berkembang mengatasi perubahan iklim.

Sementara Presiden AS, Barrack Obama mengatakan negaranya akan memimpin upaya untuk mencapai kesepakatan dunia mengenai perubahan iklim.

"Kami adalah generasi pertama yang merasakan dampak perubahan iklim dan yang terakhir untuk berbuat sekuat tenaga mengatasi hal tersebut," ujar Obama dalam pidatonya di KTT Iklim PBB 2014, Selasa (23/9).

Dua hari sebelum KTT Iklim PBB 2014 ini dibuka, terjadi aksi peduli perubahan iklim di seluruh dunia, mulai dari Melbourne, Australia hingga Manhattan, New York, dan melibatkan sekitar setengah juta penduduk dunia.

Mereka menyerukan para pemimpin dunia yang berkumpul dalam KTT Iklim PBB 2014 ini untuk dapat berkomitmen tegas dalam mengatasi perubahan iklim.

Menurut Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, KTT Iklim PBB kali ini memberi kesempatan bagi pemerintah, kota dan bisnis untuk menunjukkan ambisi mereka dalam mengatasi perubahan iklim.

Ban Ki-moon mengungkapkan tujuan utama pertemuan KTT Iklim PBB 2014 ini adalah memobilisasi keinginan politik dalam kesepakatan iklim tahun depan di Paris dan menghasilkan langkah-langkah ambisius dalam mengurangi emisi gas rumah kaca.

Selain pemerintah Perancis, Kanselir Jerman Angela Merkel berjanji menyumbang dana sebesar US$1 miliar dan Korea Selatan telah menyumbang US$100 juta pada Senin (22/9).

Tahun ini, KTT Iklim PBB dipimpin oleh Sekretaris Jenderal PBB, Ban Ki-moon, dengan pembicara utama sejumlah tokoh besar dunia, seperti Presiden Amerika Serikat Barack Obama, Perdana Menteri Inggris David Cameron dan Presiden Brasil Dilma Rousseff.

Sebelumnya, pada 2009, sejumlah pemimpin negara, seperti Presiden Amerika Serikat Barrack Obama, Kanselir Jerman Angela Merkel, mantan Perdana Menteri India Manmohan Singh dan mantan Perdana Menteri Inggris Gordon Brown membahas perubahan iklim pada Konferensi Perubahan Iklim tahun 2009 di Kopenhagen, Denmark.

Namun, mereka gagal mendapatkan kesepakatan meskipun banyak negara yang berjanji mengurangi emisi karbon pada 2020 melalui pakta iklim pengurangan emisi karbon di Paris pada akhir 2015.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER