MILITAN AUSTRALIA

Kelompok Kriminal Cikal Bakal Militan

CNN Indonesia
Selasa, 07 Okt 2014 01:49 WIB
Anggota kelompok-kelompok kriminal Australia di komunitas keturunan Lebanon menjadi mayoritas warga negara itu yang berjuang dengan kelompok ISIS.
Generasi keturunan pengungsi Lebanon berkumpul di wilayah terbelakang Australia (Reuters/David Gray)
Sydney, CNN Indonesia -- Anak-anak pengungsi perang sipil Lebanon yang melarikan diri ke Australia pada tahun 1970-an menjadi mayoritas militan negara itu yang berjuang di Timur Tengah.

Pernyataan ini dikeluarkan oleh pejabat antiterorisme, pakar keamanan dan komunitas Muslim di Australia.

Dari sekitar 160 jihadis Australia yang diperkirakan berada di Irak atau Suriah, beberapa dari mereka berhasil menempati posisi senior di organisasi itu.

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Namun, berbeda dengan militan asal Inggris, Prancis ataupun Jerman yang menurut pakar-pakar sebagian bear merupakan pengangguran dan warga yang terpinggirkan militan Australia tumbuh di budaya kelompok kriminal yang tertutup.

Budaya ini didominasi oleh warga yang memiliki keterkaitan dengan wilayah di sekitar Tripoli, sebuah kota Lebanon yang dekat dengan perbatasan Suriah.

Tidak semua anggota kelompok kejahatan ini berakhir menjadi Islamis radikal, dan sebagian besar warga Australia keturunan Lebanon tidak terlibat dalam tindakan kriminal atau radikalisme.

Warga Muslim Australia mengatakan mereka menjadi sasaran aparat keamanan secara tidak adil, khususnya setelah terjadi peningkatan konflik di Irak dan Suriah.

Masyarakat Muslim Lebanon mengeluh menjadi sasaran aparat keamanan untuk memerangi terorisme (Reuters/David Gray)
Mereka juga mengatakan pergesekan antaretnis sudah hampir mencapai puncak.

Namun, Wakil Komisaris Kepolisan New South Wales Nick Kaldas mengatakan kepada Reuters bahwa ada hubungan yang jelas antara pelaku tindak kriminal dan Islamis radikal di komunitas imigran Muslim Lebanon.

“Hubungan itu adalah pelatihan yang baik,” ujar Kaldas yang juga seorang imigran dari Mesir dan fasih berbahasa Arab.

Menurut Kaldas, kemudahan pelaku tindak kriminal di dalam komunitas tersebut untuk beralih ke aliran keras dan kemungkinan tindakan yang bisa mereka perbuat di Australia setelah kembali dari medan perang adalah sumber kekhawatiran aparat keamanan.

Kaldas bertanggung jawab atas Unit Kejahatan Terencana Timur Tengah di negara bagian Australia tersebut.

Ia juga pernah ditunjuk oleh Persatuan Bangsa-Bangsa untuk menjadi penyelidik utama pembunuhan mantan Perdana Menteri Lebanon Rafic Hariri di Beirut pada 2005.

Beberapa tahun belakangan, menurutnya, jarak antara geng kriminal dan penganut paham radikal di komunitas Lebanon semakin mengecil.

“Saya khawatir para ekstemis tersebut menularkan paham mereka kepada warga yang hanya pelaku tindak kriminal,” ujar Kaldas.

Perdana Menteri Tony Abbott mengatakan setidaknya 20 dari para militan tersebut diyakini sudah kembali ke Australia.

Selain itu, Abbott juga mengatakan paspor milik lebih dari 60 orang yang diduga berencana pergi ke Timur Tengah telah ditarik oleh pemerintah.

Bulan lalu, untuk pertam akali badan keamanan nasional Australia menaikkan tingkat ancamannya yang terdiri dari empat tingkatan menjadi “tinggi”.

Sebanyak 900 polisi juga telah melakukan penggrebekan di Brisbane dan berbagai rumah di perumahan Sydney barat yang banyak dihuni oleh warga beragama Islam.

Daging Bakar dan Kapulaga Seberang

Jumlah warga Muslim di Australia hanya 500 ribu dari total populasi sekitar 23,5 juta orang.

Ini membuat mereka hanyalah sebuah pecahan kecil di negara yang baru menghapus sisa-sisa kebijakan “Australia Putih”nya pada 1973.

Penghapusan kebijakan tersebut membuat banyak imigran-imigran non-Eropa masuk ke Australia.

Setidaknya setengah dari warga Muslim Australia tinggal di Sydney barat yang telah berubah dari daerah warga berkulit putih kelas menengah menjadi daerah mayoritas Muslim yang terdiri dari imigran-imigran asal Lebanon.

Para penghuni daerah pinggiran seperti Lakemba, tempat Masjid Imam Ali berada, menggantikan aroma berminyak ikan dan kentang - dan juga bir - dengan aroma daging bakar dan rempah kapulaga seberang khas Timur Tengah.

Satu survey sensus nasional 2011 di berbagai daerah di Sydney yang memiliki keterkaitan dengan warga keturunan Lebanon di Auburn, Lakemba, Punchbowl, dan Granville menunjukkan daerah-daerah tersebut jauh tertinggal dari daerah laindi New South Wales dalam indikator-indikator seperti pendapatan dan kepemilikan pekerjaan.

Setelah penggerebekan tersebut dan pemberitaan mengenai komunitas Muslim Lebanon oleh media, kebanyakan warga Australia keturunan Lebanon memilih untuk berhati-hati dalam membuat pernyataanpublik.

Di pinggiran Sydney barat, mereka cenderung mencurigai pihak-pihak luar dan hanya sedikit yang bersedia berbicara kepada Reuters.

Komunitas Bermasalah

“Secara kelompok, mereka komunitas bermasalah,” ujar Direktur Pusat Riset Terorisme Global Greg Barton di Universitas Monash. “Mereka terwakili sangat tinggi dalam tindak kriminal kelas teri, dalam kejahatan berencana, dan dalam paham ekstremis.”

Generasi muda keturunan Lebanon di Australia yang berangkat ke Timur Tengah sebagian adalah mantan pemeras (Reuters/David Gray)
Sewaktu perang sipil Suriah pecah pada 2011, banyak keluarga Muslim keturunan Lebanon di Australia menjadi tertarik.

Hubungan kesukuan dan juga jaringan keluarga mempermudah mereka untuk pergi bergabung dalam peperangan itu.

“Warga dari pemukiman itu tinggal naik pesawat ke Tripoli atau naik pesawat ke Beirut lalu berkendaraan ke Tripoli dan menyeberang,” ujar Barton.

“Itu sebuah jalan masuk yang sangat mudah.”

Namun, polisi dan juga para akademisi sulit menjelaskan alasan warga Australia keturunan Lebanon generasi kedua ini malah ingin kembali terlibat dalam peperangan yang menyebabkan orangtua mereka mengungsi.

Aftab Malik, seorang cendekiawan di Asosiasi Muslim Lebanon di Sydney yang telah tinggal bertahun-tahun di komunitas Muslim di pinggiran Sydney barat, mengatakan menyatunya Islam radikal dan kejahatan berencana adalah sebuah kejadian unik yang hanya pernah terjadi di Australia.

“Saya tak pernah menemukan hal seperti ini di Amerika Serikat atau Inggris. Hal ini terjadi secara spesifik di Australia dan saya tidak mengerti mengapa,” ujarnya.

“Standover Men”

Seorang penganut paham radikal yang menggunakan nama Abu Sulayman al-Mujahir dan seorang pengebom bunuh diri bernama Abu Bakr al-Australi adalah dua dari sekian banyak militan yang berasal dari Australia.

Selain itu ada Khaled Sharrouf dan Mohamed Elomar, dua militan yang telah mengunggah foto-foto dari Suriah di situs jejaring sosial Twitter.

Dalam foto-foto tersebut, mereka berpose dengan kepala prajurit yang telah dipenggal sambil memegang senapan dan berdiri di atas mayat-mayat penuh darah.

Australia telah mengeluarkan surat penahanan mereka, namun polisi mengatakan mereka diduga masih berada di Timur Tengah, dan akun Twitter mereka telah diblokir.

Saudara Elomar sedang mendekam di penjara karena telah menyerang seorang polisi.

Sharrou juga pernah dipenjara selama empat tahun karena terlibat dalam rencana pengeboman sebuah pembangkit listrik tenaga nuklir di negara bagian Victoria pada 2005.

“Mereka adalah standover men, dan semua orang tahu itu,” ujar Presiden Asosiasi Muslim Lebanon Samier Dandan kepada Reuters. Standover men dalam kosakata Australi berarti pemeras atau penjahat yang kerap menggunakan kekerasan.

Untuk Muhammad, seorang anak muda keturunan Lebanon yang tumbuh di pinggiran barat Sydney, perkembangan dari pelaku tindak kriminal menjadi militan sangat masuk akal.

“Kami cenderung tinggal berkelompok, jadi sewaktu media, pemerintah, kumpulan orang, ataupun organisasi luar berkata ‘lihatlah mereka’ - kami bersatu,” ujarnya menjelaskan mentalitas “selalu diserang” dalam komunitas tersebut.

Walaupun tidak terlibat dalam tindak kriminal ataupun paham ekstremis, Muhammad mengatakan ia kenal orang-orang yang benar-benar terlibat.

Seorang teman sekolahnya, ujar Muhammad, pernah terlibat dalam geng kriminal usai meninggalkan sekolah menengah atas dan terbunuh di peperangan di Timur Tengah awal tahun ini.

Setahun belakangan ini, sepupunya yang pernah dipenjara karena menyerang orang dan sering minum alkohol serta tidak pernah beribadah, mencukur habis rambutnya dan membiarkan janggutnya tumbuh lebat. Sepupunya itu juga mulai sering berbagi video-video berbau jihadis di media sosial.

“Kekerasan tetap ada, namun kali ini kekerasan tersebut dilakukan untuk sebuah tujuan,” katanya mengomentari para militan yang berperang bagi ISIS ataupun kelompok-kelompok lain di Suriah dan Irak.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER