Unjuk rasa pro-demokrasi di Hong Kong berlanjut sampai Selasa (7/9) dengan ratusan mahasiswa masih bertahan di di jantung kota tersebut setelah pembicaraan dengan pemerintah tidak banyak mencapai kemajuan.
Hari Senin pagi para demonstran memindahkan blokade di kantor-kantor pemerintah yang menjadi pusat aksi yang pada awalnya diikuti oleh ribuan orang.
Para pegawai negeri kemudian diijinkan melewati barikade tanpa mendapat gangguan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Dalam satu minggu ini aksi unjuk rasa ini mengalami pasang dan surut.
Kepolisian Hong Kong sekarang mengambil langkah pasif menyikapi unjuk rasa tersebut setelah menembakkan gas air mata dan cairan merica ke arah pengunjuk rasa, sebuah langkah yang menyebabkan jumlah pengunjuk rasa bertambah.
“Saya berharap para pelajar dapat bertahan. Jika kami menyerah sekarang, kami akan kehilangan kekuatan untuk berunding,” kata Chow Ching-lam, seorang pelajar.
Khawatir akan indakan keras dari aparat keamanan agar kantor, sekolah, dan layanan umum dapat kembali berfungsi pada Senin, para demonstran mundur secara perlahan dari kantor Leung.
Beberapa bank yang tutup telah buka kembali pada hari yang sama.
Dampak Ekonomi
Pertemuan pertama untuk membuka pembicaraan formal antara pemerintah dan para pelajar diadakan Minggu (5/10).
Pertemuan kedua diharapkan agar dapat berlangsung Selasa.
“Kemungkinan pembicaraan ini menghasilkan satu kesepakatan sangat bergantung pada keikhlasan pemerintah dan sikap mereka pada para demonstran,” kata Wakil Sekretaris Federasi Pelajar Hong Kong Lester Shum seraya berharap pembicaraan formal dapat digelar sebelum hari Minggu.
Di seberang Pelabuhan Victoria di Mong Kok, beberapa demonstran juga telah mundur dari area di mana konflik sempat terjadi antara pengunjuk rasa dan pendukung pemerintah.
Unjuk rasa ini mengganggu bisnis di wilayah itu dan menghapus sekitar US$50 milyar dari nilai bursa efek Hong Kong.
Bank Dunia mengatakan unjuk rasa tersebut merugikan ekonomi Hong Kong, tapi efeknya terhadap Tiongkok tidak signifikan pada saat ini.
“Yang kami antisipasi adalah dampak lebih besar terhadap Hong Kong, jadi pertumbuhan lebih lambat pada 2014 dibanding yang diperkirakan sebelumnya,” ujar Ekonom Kepala Asia Timur dan Pasifik Bank Dunia Sudhir Shetty.
“Namun, di tahap ini perkiraan terbaik kami adalah belum ada dampak signifikan terhadap ekonomi Tiongkok secara luas,” ujarnya dalam konferensi pers mengenai Perkembangan Terakhir Ekonomi Asia Timur Pasifik.