Joshua Wong (17) adalah salah satu aktivis politik yang kini disebut ekstrimis oleh Pemerintah Tiongkok.
Pemuda yang bahkan belum cukup umur untuk menyetir ini ditangkap Jumat malam (3/10) setelah didakwa memasuki kompleks Pemerintahan Hong Kong saat terjadi protes mahasiswa pro-demokrasi.
Polisi menggeledah kamar Joshua di asrama dan menyita beberapa barang, termasuk komputer dan telepon seluler.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Joshua kemudian dibebaskan hari Minggu (5/10).
Jangan remehkan remaja bertubuh kurus dan berkacamata tebal ini.
Keganasannya dalam berpolitik selama dua tahun terakhir dimulai saat ia membangun gerakan pemuda pro-demokrasi di bangku sekolah.
Mantan demonstran anti-Tiongkok mengatakan bahwa gerakan pemuda bentukan Joshua bahkan sama berpengaruhnya dengan gerakan mahasiswa saaat terjadi peristiwa Tiananmen 25 tahun lalu.
Joshua bersama gerakan kepemudaannya memang terinsiprasi oleh aksi Tianannmen pada 1989. Mereka bergerak dengan tujuan menekan Pemerintah Tiongkok agar memberikan hak pemilihan umum mandiri kepada Hong Kong.
Gerakan Joshua dilatarbelakangi juga oleh frustasi kesenjangan sosial dan ekonomi bertahun-tahun antara masyarakat Hong Kong dan Tiongkok.
Ketika Hong Kong dikembalikan oleh Inggris ke Tiongkok pada 1997, tercapai kesepakatan bahwa Hong Kong akan dijadikan negara yang memiliki hak otonomi penuh, termasuk dalam mengadakan pemilu.
Namun seiring berjalannya waktu, pemerintah Tiongkok malah mengebiri hak Hong Kong dengan hanya meluluskan calon pemimpin Pemerintah Hong Kong yang memiliki kedekatan dengan Tiongkok.
Joshua saat ini bertekad untuk merubah arah demokrasi Hong Kong.
"Perjuangan kami tidak lama lagi akan membuahkan hasil, asal para pendukung memiliki mental berjuang untuk meraih demokrasi," kata Joshua saat diwawancarai oleh CNN.
Sudah keturunan
Joshua lahir di Hong Kong pada tahun 1996 dan didiagnosia mengidap disleksia.
Ia seorang mahasiswa di United Christian College dan sekarang menjadi mahasiswa Universitas Terbuka Hong Kong.
"Hobi" menggiring orang melakukan demo didapat Joshua dari kedua orang tuanya, Grace dan Roger Wong.
Kedua orang tua Joshua kerap membawa Joshua dalam aksi demo sejak ia masih kecil.
Ayah Joshua sering mengajak Joshua menjenguk tempat penampungan orang-orang kurang mampu di Hong Kong.
"Kami selalu membesarkan Joshua untuk memiliki rasa peduli dan setia," tulis orang tua Joshua dalam sebuah pernyataan saat Joshua ditahan selama 25 jam kemarin, seperti yang dikutip oleh situs CBC.
Orang tua Joshua merasa sangat bangga dengan aksi yang dilakukan oleh anak mereka,
"Semoga Joshua dapat menjadikan Hong Kong sebagai tempat yang lebih baik bagi generasinya dan generasi yang akan datang," ujar mereka dalam tulisan pernyataan.
![]() |
Kebangkitan kaum muda di Hong Kong
Joshua tidak main-main dalam melakukan pergerakan.
Pada tahun 2011, Joshua yang masih berusia 15 tahun memulai protes atas propaganda terselubung pro-Komunis di kurikulum sekolah-sekolah umum Hong Kong.
Dibantu beberapa teman, Joshua membentuk kelompok protes mahasiswa yang disebut 'Scholarism'.
Kelompok ini membesar dan pada September 2012 'Scholarism' berhasil mengumpulkan 120 ribu anggota yang melakukan berbagai aksi protes, mulai dari mogok makan, menduduki kantor pemerintahan dan memaksa para pemimpin untuk menarik kurikulum yang tercemar propaganda.
Peristiwa tersebut membuat Joshua menyadari bahwa kaum muda di Hong Kong memegang kekuasaan yang besar.
"Lima tahun yang lalu, tidak bisa dibayangkan apakah kaum muda, terutama pelajar, akan peduli dengan politik di Hong Kong. Tapi sejak isu propaganda di pendidikan akhirnya mereka jadi peduli dengan politik," kata Joshua.
Ketika ditanya apa yang ia anggap sebagai ancaman terbesar bagi Hong Kong, dengan bergetar Joshua mengatakan bahwa pembungkaman media adalah jawabannya.
Joshua berpendapat jika pembungkaman media tetap terjadi, Hong Kong sama saja seperti negara lain yang tidak membutuhkan otonomi.
Tidak lagi terjadi pembungkaman media juga jadi salah satu tuntutan kelompok Joshua di aksi protes.
'Scholarism' yang melakukan aksi protes selama sepekan di Hong Kong beranggotakan 300 pelajar Hong Kong.
Sebagai kaum terpelajar, mereka tidak gentar bersuara paling vokal dalam meneriakkan tuntutan.
Minggu lalu 'Scholarism' memobilisasi siswa untuk meninggalkan kelas sebagai salah satu aksi protes pro-demokrasi.
Aksi mogok belajar telah meluas bahkan mendapat dukungan dari pihak berwenang sekolah dan perguruan tinggi di Hong Kong yang "hanya" memberikan hukuman ringan bagi pelajar yang ikut aksi protes.
Sebuah petisi yang beredar di Persatuan Pengajar bahkan berbunyi "Jangan Biarkan Siswa Berjuang Sendirian".
Pemerintahlah yang seharusnya takut kepada rakyatnya. Joshua Wong |
Reaksi Pemerintah Tiongkok justru sebaliknya.
'Scholarism' dianggap sebagai kelompok ekstrimis dan Joshua medapat label sebagai ancaman keamanan nasional yang mengganggu pemerintahan Partai Komunis.
Meskipun ia dan kelompoknya mendapat pemberitaan miring, Joshua mengaku tidak akan mundur dari aksinya.
Mengutip dialog dari film 'V for Vendetta', Joshua berkata, "pemerintahlah yang harus takut pada rakyat mereka."
Hong Kong "benih api"
Dibandingkan dengan Hong Kong, pergerakan aktivis pro-demokrasi di Tiongkok menghadapi situasi yang jauh lebih suram.
"Ketakutan telah berakar dalam gen masyarakat Tiongkok selama 65 tahun terakhir," kata Hu Jia, pria berusia 41 tahun yang pernah ikut aksi Tiananmen. "1,3 miliar penduduk Tiongkok mayoritas hanya warga yang tunduk pada pemerintahan," tambah Hu.
Menurut Hu, Hong Kong merupakan tempat yang sempurna untuk melakukan kegiatan pro-demokrasi.
Dengan hak kebebasan berpendapat di sana, Hu menilai bahwa gerakan pro-demokrasi di Hong kong bisa memicu gerakan serupa di daratan Tiongkok.
"Anda bisa membentuk partai politik di Hong Kong dan mempublikasikan buku-buku yang dilarang di daratan Tiongkok," ujar Hu.
Menyulutkan demokrasi ke daratan Tiongkok lain bisa dibilang juga salah satu cita-cita Joshua. Hu lanjut mengatakan bahwa daratan Tiongkok adalah wilayah yang penduduknya sangat mudah tersulut, oleh karena itu pemerintah menekan masyarakat Tiongkok dan menganggap bahwa Hong Kong adalah "benih api".
"Saya tidak mempengaruhi Tiongkok dan yang lain melakukan hal serupa. Tapi tuntutan demokrasi di Hong Kong semoga bisa jadi contoh bagi masyarakat di Guangzhou, Shanghai, Beijing, dan bahkan seluruh Tiongkok jika ingin memiliki pemerintahan yang adil," ujar Joshua.