Hong Kong, CNN Indonesia -- Di tengah riuh aksi protes pro-demokrasi Hong Kong, para demonstran terlihat mendorong sebuah manekin raksasa yang dibangun dari ratusan kotak kayu, dengan tinggi mencapai 10 kaki, berbentuk seorang pria tengah memegang payung berwarna kuning terang.
Karya seni yang dibuat oleh seorang pematung yang menyebut dirinya Milk ini sebenarnya belum mempunyai nama. Namun para demonstran dengan cepat menyebut karya ini sebagai Manusia Payung.
"Patung manekin ini terinspirasi dari aksi yang dilakukan para demonstran dengan menggunakan payung untuk melindungi diri dari petugas kepolisian dan guyuran hujan," kata Milk kepada CNN, Rabu (8/10).
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Para demonstran yang telah menduduki jalanan lebih dari satu setengah minggu tersebut, telah merubah jalan raya beton menjadi kanvas seni untuk mengaspirasikan tuntutan mereka.
Seperti halnya poster, gambar kartun, banner dan kaligrafi bertema payung atau pita kuning yang menghiasi jalananan di Distrik Admiralty, Hong Kong, Manusia Payung menjadi simbol perjuangan Revolusi Payung yang dilakukan warga Hong Kong demi menuntut penegakan demokrasi kepada pusat pemerintahan Tiongkok.
Aksi para demonstran yang menduduki jalanan pusat Hong Kong rupanya telah membuat para seniman tertarik untuk mendukung dan melakukan hal yang sama agar suara mereka didengar.
"Ini bentuk dari kreativitas. Seharusnya kita melakukan ini lebih awal," ujar Douglas Young, seorang desainer dan juga pengusaha yang berbasis di Hong Kong, yang mengaku bukalah seorang yang aktif mendukung aksi protes.
Inspirasi PayungBulan lalu, para demonstran menggunakan payung sebagai aksesoris untuk melindungi diri dari hujan deras dan sengatan matahari. Payung kemudian menjadi alat yang berguna untuk menangkal serangan gas air mata yang digunakan polisi untuk mengusir demonstran.
Kurang dari 48 jam aksi demonstrasi berlangsung, para demonstran telah berhasil mendirikan sebuah monumen bola dunia berbentuk payung, yang diletakan di atas bundaran sebelah Gedung Legislatif Hong Kong.
Sejak saat itu, beberapa jalan utama dan trotoar ramai ditempeli dengan karakter kartun yang berisi seruan demokrasi, kebebasan dan keadilan.
 Payung kuning telah menjadi simbol perjuangan demokrasi di Hong Kong. (Reuters/Carlos Barria) |
Salah satu poster menggambarkan seorang polisi dengan helm dan tameng tengah berkata "Preman Kamu" sembari menunjukan jarinya pada sebuah tokoh kartun berpayung yang menyerupai karakter anak-anak dalam buku Paddington Bear.
"Ide awal saya adalah untuk membuat orang tertawa, walaupun sedang menghadapi kondisi yang berat seperti ini," ujar Carol Hung, desainer grafis yang membuat poster tersebut.
Hung sendiri menggambarkan dirinya sebagai orang awam dalam dunia politik, dan dia hanya terinspirasi untuk melakukan protes setelah melihat berita tentang bentrokan antara polisi dan para demonstran yang sebagian besar adalah siswa sekolah, pada 28 september lalu.
"Saat aku melihat mereka menyemprotkan gas air mata, itu membuat saya semakin bertekad untuk mendukung para siswa," ujar Hung.
Seni Sebagai Protes DiamBeberapa waktu yang lalu, seorang guru seni Joshepine Lau, tengah duduk ditengah jalan raya dan sedang melukis sebuah pita kuning diatas kertas Tiongkok, dia berharap lukisan yang dibuat lebih tahan lama, karena sebelumnya sempat hanyut oleh hujan badai pekan lalu.
"Kita bisa melancarkan aksi protes secara diam dan damai melalui berbagai macam media untuk mengekspresikan diri dan memberi tahu dunia tentang apa yang kita rasakan di Hong Kong saat ini," ujar Lau.
Berbeda dengan Lau, seorang pelajar 17 tahun bernama Timothy Sun, membuat posternya sendiri di aspal, dia menulis "GOV YU NO LISTEN TO US?" yang artinya "Pemerintah, mengapa Anda tidak mendengar suara kami?".
"Aku menggunakan cara sendiri untuk mengungkapkan suara saya ke hadapan publik," ujar Sun.
Sun mengaku menyukai sebuah aksi menggunakan Post-it warna warni yang ditempel oleh ribuan orang pada sebuah tembok, dan dinamai "Tembok Lennon".
Ribuan Post-it tersebut berisikan pesan, gambar, dukungan dan cinta untuk Hong Kong yang ditulis dalam banyak bahasa di sebuah tembok oleh orang yang melewati kawasan yang berdekatan dengan salah satu kantor pemerintahan di distrik Admiralty.
Dinding ini membuktikan bahwa meskipun anak muda Hong Kong adalah generasi media digital yang sering mengungkapkan aspirasi di media sosial, mereka masih menghormati cara tradisional untuk menarik perhatian banyak orang.
"Seperti sedang menulis di Twitter, namun ini di atas kertas," ujar Young.
Young sendiri adalah seorang pengusaha yang menjalankan jaringan toko kelas atas yang diberi nama Goods From Desire, yang menempelkan Post-it nya, dan bertuliskan "Kepala Pemerintah Hong Kong, mohon jangan rusak dinding ini".
Young menyatakan aksi protes secara damai telah memantik kreativitas dan imajinasi yang fantastis dari anak muda Hong Kong.
"Saya ingin tahun dari mana saja poster dan post-it ini berasal, dan bagaimana akhir dari perjuangan kami," ujar Young sembari menatap poster dan banner yang bertebaran.