Laura, CNN Indonesia -- Presiden Rusia Vladimir Putin menyalahkan Barat atas konflik yang terjadi di Ukraina dan membantah tuduhan rencana membangun kekuatan dan mencoba melanggar kedaulatan negara tetangganya.
"Pernyataan bahwa Rusia mencoba mendirikan kembali semacam kerajaan, yang berniat mengusik kedaultan negara tetangga adalah tidak berdasar," ujar Putin di Sochi dalam pidato di depan sekelompok akademisi yang bergabung dalam Valdai klub pada Jumat (24/10).
Putin juga menuduh Amerika Serikat merusak ketertiban dunia dengan membuatnya lebih berbahaya lewat penerapan "aturan sepihak" dalam diplomasi internasional.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Putin yang memperingatkan bahwa AS mencoba "mengubah seluruh dunia" agar sesuai dengan kepentingannya dan risiko konflik internasional semakin besar, menegaskan: "Kami tidak memulai semua ini."
Dalam pidato dengan bahasa yang mengingatkan pada perang dingin, Putin menggambarkan Rusia sebagai negara adidaya yang tidak bisa dipaksa meminta Barat mencabut sanksi yang dikenakan akibat konflik di Ukraina.
Presiden Rusia ini mengatakan sanksi Uni Eropa dan Amerika itu sebagai satu kesalahan.
"Rusia tidak akan sombong, tersinggung, meminta kepada siapapun. Rusia sudah swasembada."
 Presiden Ukraina Petro Poroshenko menghadapi kaum separatis di wilayah timur. (Reuters/handout/Mikhail Palinchak) |
Terkait pelanggaran traktat pengendalian senjata, Putin mengatakan risiko itu besar dan perlu ada perundingan tentang syarat-syarat yang diterima secara internasional dalam mempergunakan kekuatan.
Dalam pidato ini Putin mengeluarkan retorika paling keras terhadap Barat sejak menjadi pemimpin Rusia pada 2000 dan menggarisbawahi perbedaan antara Moskow dan Barat di sejumlah bidang.
Negara-negara Barat sebelumnya menuduh Rusia melanggar kedaulatan Ukraina dengan merebut semenanjung Krimea dan menuduh negara itu mengirim senjata dan tentara untuk membantu kaum separatis pro-Rusia yang memerangi pasukan pemerintah Ukraina di bagian timur negara itu.
Moskow membantah tuduhan ini.
Sementara itu, Kanselir Jerman Angela Merkel mendesak Putin agar mendukung solusi cepat pertikaian dengan Ukraina mengenai gas sebelum musim dingin tiba.
Merkel mengadakan pembicaraan lewat telpon dengan Putin pada Jumat (24/10).
Moskow dan Kiev telah menyepakati satu harga baru untuk gas produksi Rusia, tetapi masih berbeda pendapat soal volume yang dipasok dan jumlah hutang Ukraina atas pasok gas sebelumnya.
Ukraina akan mengadakan pemilihan parlemen akhir minggu ini, sementara kaum separatis di timur negara ini mengatakan akan menyelenggarakan pemilu tandingan pada 2 November.
Kantor kanselir Jerman ini mengatakan: "Kanselir menekankan pemilihan daerah di wilayah timur Ukraina harus diselenggarakan sesuai dengan hukum Ukraina."