Ismailia, CNN Indonesia -- Setidaknya 33 petugas keamanan Mesir tewas dan 28 orang lainnya terluka dalam dua serangan yang diduga dilakukan oleh kelompok pemberontak Islam, di Semenanjung Sinai, Jumat (24/10).
Seperti diberitakan oleh Reuters, tiga puluh orang tewas dalam serangan bom meledak di sebuah pos pemeriksaan di Al-Arish, dekat perbatasan dengan Jalur Gaza.
Seperti diberitakan oleh kantor berita Mesir, MENA, para korban tewas dan terluka telah dibawa ke sebuah rumah sakit di Kairo menggunakan helikopter. Beberapa diantaranya adalah perwira senior dari Angkatan Darat Lapangan Kedua berbasis di Ismailia.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Hingga berita ini ditulis, belum jelas asal ledakan bom tersebut. Pejabat keamanan Mesir menyatakan ledakan bom sangat besar karena mengenai kendaraan yang berisi amunisi dan senjata berat.
Sementara, pejabat keamanan yang berbasis di Sinai menyebutkan ledakan terjadi akibat bom yang diluncurkan dengan sebuah roket, dan melukai lebih dari 25 orang.
Beberapa jam kemudian, seorang pria bersenjata melepaskan tembakan ke sebuah pos pemeriksaan di Al-Arish , menewaskan tiga anggota pasukan keamanan.
Meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab, untuk serangkaian serangan, namun diduga dilakukan oleh kelompok militan yang paling aktif Mesir, Ansar Bayt Al-Maqdis .
Sementara, Muslim Brotherhood atau Ikhwanul Muslimin menyatakan bahwa kelompok ini menjujung perdamaian dan menolak dikaitkan dengan serangan yang terjadi di Sinai.
Para pejabat keamanan Mesir juga telah menyatakan kekhawatiran bahwa serangan ini adalah aksi terorisme dari ISIS yang telah menjalin hubungan dengan kelompok-kelompok Islam radikal di Mesir.
Mesir Tak Akan RuntuhSesaat setelah serangan bom ini, Presiden Mesir Abdel Fattah El-Sisi langsung mengadakan pertemuan darurat dengan Dewan Pertahanan Nasional untuk membahas situasi keamanan di Sinai Utara.
Dalam sebuah siaran televisi, El-Sisi menyatakan pemerintahnya akan menerapkan langkah pengamanan baru, seperti di daerah perbatasan antara Sinai dan Gaza untuk menjaga agar serangan ini tidak menjadi aksi terorisme yang semakin meluas
"Perjuangan di Sinai adalah pertempuran panjang yang tidak akan berakhir dalam satu atau dua minggu," kata El-Sisi, Sabtu (25/10).
El-Sisi mengingatkan kepada rakyat Mesir bahwa serangan itu bertujuan untuk menjatuhnya negara tersebut.
"Namun Mesir tak akan runtuh," ujar El-Sisi.
Serangkaian serangan terorisme oleh kelompok militan Islam di Semenanjung Sinai merebak sejak mantan presiden Mohamed Mursi digulingkan pada Juli tahun lalu, menjadikan wilayah ini relatif tanpa hukum.
Sekitar 16 bulan setelah Mursi digulingkan, militer Mesir telah berupaya melawan pejuang militan yang telah menewaskan ratusan aparat kepolisian dan tentara dalam serangan yang sebagian besar terjadi di Semanjung Sinai, dan beberapa daerah lain seperti di Nile Delta dan Kairo.
Terkait dengan hal ini, Pemerintah AS telah memberikan bantuan militer kepada Mesir sebesar US$1,3 miliar per tahun.
Pemerintah AS juga berjanji memberikan 10 helikopter Apache, namun hingga saat ini bantuan helikopter tersebut tak kunjung datang.