PEMILU TUNISIA

Rakyat Tunisia Menyambut Pemerintahan Baru

CNN Indonesia
Senin, 27 Okt 2014 03:23 WIB
Rakyat Tunisia kembali merayakan pesta demokrasi melalui pemilihan umum parlemen yang akan menentukan masa depan rakyat Tunisia.
Lebih dari 12 ribu tempat pemungutan suara di seluruh penjuru Tunisia dipenuhi oleh warga yang ingin mencoblos partai pilihannya.(Reuters/Anis Mili)
Tunis, CNN Indonesia -- Empat tahun paska aksi demonstrasi besar yang berujung pada penggulingan presiden Zine El-Abidine Ben Ali, rakyat Tunisia merayakan pesta demokrasi dengan berpartisipasi dalam pemilihan umum parlemen yang diharapkan dapat membawa angin demokrasi bagi negeri ini, Minggu (27/10).

Berbagai macam partai, mulai dari partai konservatif yang menjunjung gerakan Islam Salafi hingga partai sosialis ikut meramaikan pemilu kali ini. Banyaknya partai yang berpatisipasi memungkinkan adanya koalisi pemerintahan berisi 217 anggota MPR yang akan memilih perdana menteri baru.

"Sebagai warga Tunisia, kita bertugas untuk tetap menyalakan semangat demokrasi di antara negara-negara Arab," ujar pemimpin Partai Ennahda di tengah para pendukungnya yang berasal dari kelas pekerja di kota Ben Arous, Minggu (26/10).

ADVERTISEMENT

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Islam dan demokrasi tidaklah bertentangan, namun dapat saling melengkapi," kata Ghannouchi melanjutkan.

Keadaan politik Tunisia saat ini memang lebih baik ketimbang sejumlah negara tetangganya. Mesir, misalnya, masih dipenuhi oleh berbagai kerusuhan kelompok militan, khususnya di Semenanjung Sinai. Sementara di Libya, perang saudara masih terus berkecamuk.

Berbeda dengan pemilu pada tahun 2011 yang mengutamakan penegakkan politik Islam, pemilu Tunisia tahun ini dipenuhi oleh program-program unggulan seperti peningkatan kesempatan kerja dan pertumbuhan ekonomi.

Program unggulan lain yang ditawarkan sejumlah partai politik adalah upaya meminimalisir konflik dengan kelompok militan Islam yang dapat merusak kestabilan politik dan mempengaruhi sektor pariwisata negara ini.

Seperti diberitakan Reuters, lebih dari 12 ribu tempat pemungutan suara di seluruh penjuru Tunisia dipenuhi oleh warga yang ingin mencoblos partai pilihannya. Dua jam sebelum pemilihan umum ditutup, sekitar 50,8 persen warga Tunisia berpartisipasi sebagai pemilih.

Namun, lima tempat pemungutan suara di kota Kasserine terpaksa ditutup karena terjadi pertempuran antara militer Tunisia dengan kelompok militan Islam di perbatasan Aljazair.

Rakyat Tunisia mengidamkan pemerintahan baru yang dapat menyediakan lapangan kerja yang luas dan meningkatkan pertumbuhan ekonomi.(Reuters/Zoubeir Souissi)

Dua Partai Besar Bersaing
Dua partai terbesar, yaitu Partai Ennahda yang beraliran Islam moderat dan Partai Nidaa Tounes yang beraliran sekuler bersaing ketat memperebutkan kursi parlemen dalam pemilihan umum kedua semenjak Ben Ali keluar dari Tunisia dan hidup dalam pengasingan di Arab Saudi.

Pada pemilu sebelumnya, Partai Ennahda memenangkan kursi terbanyak dan sempat memimpin koalisi di pemerintahan Tunisia, sebelum krisis politik terjadi yang berujung pada tewasnya dua pemimpin sekuler negara ini.

Kala itu, politisi partai Ennahda yang sebagian besar duduk di pemerintahan dinilai tidak mampu memperbaiki keadaan ekonomi dan mengatasi pemberontakan kelompok militan.

Pada pemilu kali ini, para pemimpin Ennahda menyatakan mereka telah belajar dari pengalaman mereka dalam pemerintahan sebelumnya yang didirikan sesaat setelah Revolusi Arab berakhir.

Sementara Partai Nidaa Tounes, yang digawangi oleh sejumlah pendukung rezim Ben Ali menyatakan bahwa partai ini berisi para teknokrat modern yang mampu mengelola tantangan ekonomi dan keamanan Tunisia.

Hingga berita ini ditulis, penghitungan suara masih terus berlangsung.

"Saat ini kita mempunyai hak demokrasi dan dapat memilih wakil kita dipemerintahan secara bebas," kata Wahid Zamely, seorang pemilih di ibukota Tunis.


Lapangan Kerja dan Pertumbuhan Ekonomi


Pemerintah Tunisia yang baru diharapkan akan mampu mendorong pertumbuhan ekonomi dan memperluas lapangan kerja bagi rakyat Tunisia.

Tunisia mengharapkan pertumbuhan ekonomi sekitar 2,3 persen hingga 2,5 persen tahun ini. Tantangan untuk mewujudkan pertumbuhan eknomi tersebut adalah penghematan anggaran belanja negara dengan memotong subsidi dan menerapan sistem pajak baru.

Pemerintahan Tunisia yang baru juga diharapkan akan mampu menangani ancaman militan Islam, utamanya dari Ansar Al-Sharia yang telah ditetapkan sebagai salah satu kelompok teroris dunia oleh Amerika Serikat.
LAINNYA DI DETIKNETWORK
LIVE REPORT
TERPOPULER