Brasilia, CNN Indonesia -- Dilma Rousseff kembali memenangi pemilihan presiden Brasil dengan perolehan angka terpaut tipis dari rivalnya Aecio Neves, diduga berkat catatan kepemimpinannya yang berhasil mengurangi jumlah kemiskinan dan meningkatkan perekonomian negara tersebut.
Diberitakan Reuters (26/10), Rousseff mendapatkan 51,6 persen suara, mengalahkan Neves yang mendapatkan 48,4 persen dalam penghitungan yang telah berlangsung 99 persen di Brasil.
Kemenangan ini disambut meriah oleh para pendukung Rousseff dengan mengibarkan bendera dan bernyanyi di depan hotel di Brasilia, tempat wanita 66 tahun ini akan menyampaikan pidatonya.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejak memerintah tahun 2003 lalu, Partai Pekerja yang telah mengusung Rousseff berhasil menghapuskan 40 juta orang dari garis kemiskinan, mengurangi angka pengangguran, dan memangkas angka kelaparan di negara dengan tingkat kesenjangan yang tinggi tersebut.
Namun popularitas partai itu telah memudar belakangan ini. Laju perekonomian mulai melambat di bawah kepemimpinan Rousseff yang bertangan besi dan kerap mengeluarkan kebijakan yang tidak terduga.
Beberapa skandal korupsi, tingginya inflasi dan kemarahan masyarakat terkait pelayanan publik yang buruk membuat rivalnya, Neves sedikit mendapat angin.
Namun kubu Rousseff punya senjata andalan, yaitu menghembuskan ketakutan pada para pemilih bahwa Partai Demokrasi Sosial Brasil (PSDB) yang mengusung Neves akan mengembalikan Brasil ke tahun 1990an, saat pemerintahnya tidak memedulikan rakyat.
"Kami perlu Dilma untuk melanjutkan program yang menyejahterakan rakyat miskin. Saya tidak memilih untuk diri saya sendiri, tapi untuk kaum minoritas dan yang kurang beruntung," kata Livia Roma, 19, mahasiswi di Sao Paulo.
Dengan populasi sebanyak 200 juta dan GDP mencapai US$2 triliun, Brasil adalah negara terpadat dengan perekonomian terbesar di Amerika Latin.
Di bawah kepemimpinan Rousseff berikutnya, negara ini akan tetap berada di tengah-tengah antara pemerintahan sosialis seperti Venezuela dan Argentina, dan negara-negara bebas yang berkembang cepat seperti Kolombia dan Chile.
Dukungan terhadap Roussef tidak dipungkiri datang dari 40 persen populasi Brasil yang berpenghasilan kurang dari US$700 per bulan.
Mereka diuntungkan oleh program-program Partai Pekerja seperti tunjangan bulanan, program rumah murah, sekolah kejuruan gratis dan peningkatan plafon utang untuk masyarakat kelas pekerja.
Dari teknokrat ke presidenRoussef yang pernah dipenjara dan disiksa karena menentang pemerintahan militer tahun 1970an adalah presiden wanita pertama Brasil.
Putri aristokrat Belgia yang pindah ke Brasil pada Perang Dunia II ini adalah seorang teknokrat yang ditunjuk sendiri oleh Luiz Inacio Lula da Silva untuk menggantikannya memimpin negeri.
Banyak pejabat di Partai Pekerja sudah berpikir jauh ke depan, ke pemilu 2018 yang disebut akan kembali diikuti Lula yang pernah menjabat presiden dari 2003 hingga 2010.
Berdasarkan konstitusi Brasil, presiden tidak boleh memerintah selama tiga periode berturut-turut.