Washington, CNN Indonesia -- Satu dari empat orang siswa yang terluka setelah terjadi penembakan di kantin Marysville-Pilchuck High School, Washington, akhirnya meninggal dunia.
Kepulangan siswi bernama Gio Soriano (14) yang sempat dirawat di Providence Regional Medical Center diberitakan oleh pihak rumah sakit pada Minggu (26/10) malam.
Meninggalnya Gia membuat korban tewas menjadi dua orang akibat penembakan yang terjadi pada Jumat (24/10) itu.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Tiga orang siswa lain yang terluka masih dirawat di rumah sakit.
SMU Marysville-Pilchucksekitar berjarak 34 km sebelah utara dari Seattle.
Saksi mata mengatakan bahwa Jaylen Fryberg, pelaku penembakan yang ternyata seorang siswa populer di sekolah itu, melepaskan tembakan saat kantin penuh sesak oleh siswa yang sedang makan siang.
Dengan senjata api, Jaylen membunuh satu orang siswa dan melukai empat lainnya sebelum akhirnya ia mengakhiri hidupnya.
Siswi bernama Zoe Galasso meninggal di tempat.
"Kami sangat terpukul dengan tragedi yang tidak masuk akal ini," kata keluarga Gia dalam sebuah pernyataan. "Gia adalah putri kami yang cantik dan kata-kata tidak bisa mengungkapkan berapa banyak orang yang akan merindukannya."
Keluarga Gia juga menyatakan akan menyumbangkan organ tubuh sang putri.
Kondisi kritisTiga siswa korban penembakan Jaylen yang masih dirawat, Shaylee Chuckulnaskit (14) dan Andrew Fryberg (15) saat ini berada dalam kondisi yang kritis, sedangkan Nate Hatch (14) berada dalam kondisi yang serius.
Andrew dan Nate merupakan saudara sepupu sang penembak.
Jaylen adalah teman dekat para korbannya, kata Don Hatch, kakek Nate, kepada KOMO, yang dikutip dari CNN.
Mereka bahkan pergi bersama-sama ke pesta dansa sekolah baru-baru ini, di mana Jaylen Fryberg dinobatkan sebagai 'freshman class homecoming prince'.
Hanya Tuhan yang tahuSiswa, orang tua dan para pimpinan sekolah bertemu di dalam ruangan oalhraga di Marysville-Pilchuck pada hari Minggu untuk mengenang, berdukacita dan berdiskusi mengenai pemulihan kondisi setelah kejadian.
Siswa dan orang tua dipisahkan dalam sesi diskusi pribadi.
"Hanya Tuhan yang tahu mengapa ada kejadian ini. Hanya Tuhan yang tahu," kata Nate Hatch seperti yang diberitakan oleh KOMO.
"Tidak ada yang melakukan bullying. Kejadian itu terjadi begitu saja dan kami tidak tahu mengapa."
Hatch mengatakan ia telah memaafkan Jaylen dan berencana untuk mengunjungi keluarganya.
"Saya akan berkata, 'Saya merasakan apa yang Anda rasakan dan saya akan berdoa untuk Anda," "katanya.
Bukan salah tembakPara penyidik di Marysville belum memberikan rincian keterangan, tetapi siswa yang menyaksikan kejadian menyeramkan tersebut saat ini berada dalam ketakukan.
Siswa bernama Jordan Luton sedang menyelesaikan makan siangnya di kantin saat ia mendengar suara ledakan keras.
Ia melihat Jaylen naik ke atas meja makan dan menembakkan sekitar enam peluru ke punggung para korban.
"Mereka yang ditembak ialah teman-temannya, sehingga bukan salah tembak," kata Jordan kepada CNN.
Menurut seorang petugas keamanan, saksi mata mengatakan kalau Jaylen menarik pistol dari tas ransel hitam sebelum ia mulai menembak dan air mukanya pun tampak tenang.
Kepahlawanan guruKejadian tersebut diprediksi menyebabkan lebih banyak korban, jika saja seorang guru muda tidak datang.
Guru bernama Megan Silberberger sedang berada di ruangannya saat mendengar suara tembakan, kata Randy Davis, presiden dari Asosiasi Pendidikan Marysville.
"Ia berlari ke kantin dan melihat siswa sedang ketakutan," kata Davis.
Silberberger juga melihat seorang pria bersenjata.
"Ia berlari ke arah si penembak untuk menghentikan aksi penembakan dan mengamankan situasi," kata Davis.
Dikutip dari CNN, Davis tidak mengungkapkan rincian dari aksi konfrontasi yang dilakukan Silberberger, tapi satu siswa yang menyaksikannya mengatakan kepada Kiro, sebuah media lokal, mengenai apa yang dilihatnya.
"Silberberger meraih lengan Jaylen. Ia lalu diancam oleh Jaylen. Saya percaya ia benar-benar pahlawan sejati," kata Erick Cervantes.
Silberberger yang menolak untuk diwawancarai oleh CNN mengeluarkan pernyataan, "Saya bersyukur dan berterima kasih atas dukungan dari semua pihak. Saat ini saya memohon privasi."
Kesulitan mengisi senjataSeorang petugas keamanan mengatakan kepada CNN bahwa Jaylen memang mengalami kesulitan mengisi senjata karena tangannya gemetar.
Polisi belum menyatakan secara resmi berapa banyak tembakan yang terjadi, tapi tersisa satu peluru di senjata sebelum akhirnya Jaylen dikonfrontasi oleh Silberberger. Jaylen mengakhiri hidupnya dengan menembakkan satu peluru terakhir itu.
Pistol Beretta berkaliber 40 yang diyakini digunakan dalam penembakan sedang dilacak ke ayah Jaylen, menurut sumber itu.
Duka dan pemulihanDari semua siswa, Jaylen adalah yang paling populer.
Seminggu yang lalu, ia dinobatkan sebagai 'freshman homecoming prince'.
"Kejadian ini cukup aneh, karena kami melihat Jaylen sebagai sosok yang menyenangkan. Anda tidak pernah melihat ia marah. Saat orang-orang mengatakan padaku Jaylen melakukan penembakan saya tidak percaya dan merasa gila," kata seorang siswa, Alex Pietsch.
Baca juga:
Satu Tewas Dalam Penembakan ASPolisi Selidiki Motif Penembakan(sumber:
CNN)