Tripoli, CNN Indonesia -- Senjata tampaknya berhenti meletus di kota Tripoli, utara Lebanon, pada Senin (27/10) setelah pertempuran selama dua hari terjadi antara tentara dan gerilyawan Islam.
Pertempuran selama dua hari tersebut merupakan salah satu pertempuran terburuk di Lebanon yang diakibatkan oleh perang sipil di Suriah.
Para pejabat pemerintahan Lebanon mengatakan tentara telah merebut kembali wilayah dari para pejuang militan Islam setelah pertempuran pecah dan menewaskan sekitar 11 tentara dan delapan warga sipil.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Warga Tripoli, kota Muslim Sunni yang didera pertempuran akibat perang sipil di Suriah dalam tiga tahun terakhir, akhirnya bisa menikmati suasana pagi yang lebih tenang pagi setelah pertempuran malam sebelumnya meletus.
"Operasi sudah selesai dan tentara memasuki daerah untuk membersihkan orang-orang yang bersenjata masih tersisa," Samir Jisr, seorang politisi Sunni dari Tripoli, kepada Reuters.
Pertempuran dua hari itu diakibatkan oleh konflik di Suriah yang kemudian masuk ke Lebanon sejak awal Agustus, ketika gerilyawan yang berafiliasi dengan Front Nusra dan ISIS melancarkan serangan ke kota perbatasan Arsal dan menawan sekitar 20 tentara. Tiga di antaranya telah dieksekusi.
Krisis Suriah telah memicu ketidakstabilan terburuk di Lebanon sejak perang saudara pada 1975-1990. Ada beberapa perpecahan di Tripoli sejak perang Suriah meletus pada tahun 2011.
Perang Suriah telah meluas ke negara tetangganya di sepanjang garis perbatasan, dengan aksi-aksi yang dilakukan oleh kelompok Sunni yang mendukung pemberontak Suriah atau militan jihad dan kelompok Syiah yang mendukung Presiden Bashar al-Assad.
Konflik politik telah membuat Lebanon dipimpin tanpa presiden sejak Februari ketika masa Presiden Michel Suleiman berakhir.
Daerah yang diambil alih oleh tentara pada Senin termasuk masjid yang digunakan sebagai markas oleh orang-orang bersenjata di Bab al-Tabbaneh wilayah Tripoli.
Warga sipil sebelumnya telah diizinkan untuk meninggalkan daerah konflik di bawah gencatan senjata kemanusiaan yang diminta oleh para pemimpin Sunni setempat.
Sebuah tembak-menembak singkat terjadi saat tentara masuk dan mulai menyisir daerah.
Tidak segera jelas ke mana orang-orang bersenjata telah pergi.
Sumber-sumber keamanan mengatakan beberapa mungkin telah pergi bersama warga sipil.
Pertempuran juga terjadi di bagian utara lain, dekat kota al-Minya dan Bahneen, di mana setidaknya dua tentara tewas saat penyergapan.
Tentara menggunakan helikopter tempur menembaki militan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir.
Politisi yang terpecah di Lebanon ini telah mengutuk kekerasan di Tripoli, kota terbesar kedua Lebanon dan basis bersejarah bagi kelompok Sunni.
Perdana Menteri Tammam Salam bertemu dengan para menteri dan pejabat keamanan pada hari Senin dan mengatakan perlu untuk melanjutkan konfrontasi, dalam sebuah pernyataan yang dirilis kantornya.
"Pemerintah berdiri bersatu di belakang pasukan keamanan militer yang sedang berjuang untuk menyerang para teroris dan memulihkan keamanan ke Tripoli dan utara."
Pejuang yang ambil bagian dalam bentrokan yang belum jelas.
Sumber-sumber keamanan mengatakan mereka mencakup pendukung ISIS di Lebanon dan Suriah dan Front Nusra.
Front Nusra adalah afiliasi al Qaeda di Suriah. ISIS adalah kelompok teroris pecahan al-Qaeda yang mengontrol sejumlah bagian Suriah dan Irak, yang ditargetkan oleh serangan udara pimpinan AS di kedua negara tersebut.
Menteri Dalam Negeri Lebanon Nohad Machnouk mengatakan dalam sambutannya yang dipublikasikan pada hari Senin bahwa orang-orang bersenjata Tripoli berjumlah tidak lebih dari 200 dan dan berasal dari Lebanon dan Suriah.
Banyak pemberontak Sunni Suriah dan Islam garis keras Sunni Lebanon menuduh tentara Lebanon bekerja dengan gerakan Syiah Lebanon Hizbullah, yang telah mengirimkan pejuang untuk membantu Presiden Suriah Bashar al-Assad, seorang Syiah Alawit.
Front Nusra mengancam akan mengeksekusi tentara Lebanon yang mereka sekap saat menyerang Arsal sebagai tanggapan atas aksi operasi militer Lebanon di Tripoli.