Sydney, CNN Indonesia -- Pemerintah Australia menerapkan langkah tegas untuk mengantisipasi penyebaran virus Ebola, salah satunya mencegah warga dari Afrika Barat untuk mengunjungi negara tersebut.
Menteri Imigrasi Australia, Scott Morrison menyatakan bahwa negaranya sedang menerapkan kontrol yang ketat terkait para pendatang dari negara-negara yang terinfeksi virus tersebut.
"Kami tidak akan memproses aplikasi visa dari negara-negara yang terkena dampak, dan program-program kemanusiaan disana juga ditunda," ujar Morrison.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pengumuman tersebut menurut Presiden Australia Medical Association (AMA), Brian Owler merupakan langkah yang mengejutkan, sebab kemungkinan penyakit tersebut untuk memasuki Australia lewat kedatangan para migran sangat rendah.
"Ini belum tentu sebagai kebijakan yang tepat, yang pasti negara-negara di Afrika Barat sendiri harus bisa menempatkan dokter dan perawat serta elemen logistik lainnya untuk memerangi krisis di sana," ujar Owler.
Perdana Menteri Australia, Tony Abbott menyatakan bahwa, "Saya tidak selalu setuju dengan AMA, namun saya berpikir itu untuk kepentingan nasional," ujar Abbott.
Pengumuman bahwa tidak akan ada pengungsi dari Afrika Barat harus segera dibatalkan, ujar Partai Australian Greens.
"Sementara pemerintah sedang merespon krisis ebola, Scott Morisson telah membanting pintu di depan wajah para pengungsi Afrika Barat, ini pengumuman yang egois dan kejam, bukan cerminan dari bangsa kita," ujar Sarah Hanson-Young, Senator Australia.
Uji PublikPartai oposisi utama Australia menyerukan pada pemerintah untuk membuat uji publik atas kebijakan yang diambil.
"Kami ingin pemerintah melakukan uji publik terkait keputusan yang akan dibuat," ujar Matt Thistlehwaite, juru bicara urusan luar negeri Partai Buruh.
"Kita harus benar-benar yakin pemerintah tidak sedang melakukan tindakan bodoh dalam melindungi Australia atas risiko infeksi ebola," ujar Thistlethwaite, kepada ABC.
Mantan Sekjen Kofi Annan mengatakan kepada Richard Quest dari CNN bahwa isolasi seperti itu bukan solusi atas krisis kesehatan yang terjadi saat ini.
"Para dokter dari WHO dan CDC ada disini untuk membantu, sedangkan anda malah berusaha untuk menutup diri dan menakut-nakuti bantuan potensial yang akan datang," ujar Annan.
Kekhawatiran berlebihan yang muncul akibat pendekatan yang dilakukan Australia tersebut dianggap sebagai rekayasa politik, mengingat sulitnya mengurus dokumen imigrasi di negara tersebut.
"Ada beberapa orang Australia yang meminta pendekatan semacam ini, dan saya pikir ini dikendalikan oleh masalah politik, namun tentu saja ada solusi lain untuk menjaga Australia aman dari serangan virus tersebut, dan harus ada alasan yang jelas untuk menolak visa mereka, serta jaminan berapa lama visa mereka bisa ditolak," ujar Owler.
Abbott sendiri menyatakan dukungannya terhadap kebijakan pemerintah dengan menggelontorkan hampir 18 juta Dolar Australia atau lebih dari Rp2 Miliar untuk investasi dalam memerangi penyebaran Ebola.
"Pemerintah mengambil langkah yang serius terkait Ebola, dan kami terus berbicara dengan mitra kami tentang apa yang akan dilakukan di masa depan tanpa mengesampingkan kepentingan Australia," ujar Abbott.
Langkah Australia ini sebelumnya telah dilaksanakan oleh Korea Utara dalam menanggapi penyebaran Virus Ebola.