Beijing, CNN Indonesia -- Tiongkok dikabarkan sedang membangun landasan udara di Antartika, yang dianggap sebagai langkah Beijing memperluas cengkeraman mereka di sudut-sudut paling terpencil bumi.
Seperti diberitakan surat kabar Beijing Evening News, Senin (27/10), landasan udara itu akan dibangun untuk menyokong kerja empat stasiun penelitian Tiongkok di benua beku tersebut.
Tidak ada rincian terkait panjang landasan dan kapasitas pangkalan udara tersebut.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Selama ini, para peneliti Tiongkok mengeksplorasi Kutub Selatan menggunakan transportasi laut.
"Fasilitas ini akan dibangun di dekat Stasiun Zhongshan Tiongkok, yang terletak di dekat Larsemann Hill, barat daya dari Australia, tulis surat kabar tersebut tanpa menyebutkan sumber.
Sejauh ini kapal pemecah es Tiongkok Xue Long atau Naga Salju telah melakukan 30 ekspedisi ke Antartika, tiga dekade sejak Beijing memulai misi ke wilayah tidak berpenghuni tersebut.
Beijing Evening News menuliskan, Xue Long akan meninggalkan pelabuhan Shanghai pada Kamis untuk melakukan ekspedisi guna mengembangkan landasan udara tersebut.
Antartika, benua paling selatan bumi yang tidak didiami oleh manusia, telah mengundang banyak ekspedisi peneliti dan misi-misi riset baik permanen maupun sementara dari berbagai negara.
Wilayah ini diyakini kaya minyak dan sumber daya alam mineral lainnya.
Untuk menghindari saling klaim dan konfrontasi di wilayah Antartika, sebanyak 30 negara telah menandatangani Traktat Antartika tahun 1959, mengatur larangan mengklaim sebagian atau seluruh Kutub Selatan.
Menurut traktat tersebut, daratan Antartika hanya boleh digunakan untuk riset dan penelitian damai, tidak untuk tujuan militer dan pertambangan.
Namun seiring perubahan geopolitik, Antartika menjadi ajang perebutan wilayah banyak negara. Australia, Inggris, Argentina dan Chile mulai mengklaim sebagian wilayah tersebut.