Istanbul, CNN Indonesia -- Harapan pemerintah Turki untuk menyelamatkan 18 orang penambang batu bara yang terjebak banjir di dalam gua pada Selasa (28/10) mulai menipis.
Menteri Energi Taner Yildiz mengatakan kepada wartawan dalam siaran di televisi bahwa banjir sudah memasuki tempat penambang terjebak.
Ratusan pekerja yang membantu evakuasi berusaha memompa air keluar, namun sia-sia karena air kembali mengalir masuk ke dalam tambang.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Air naik satu meter tiap dua jam. Waktu terus berlalu melawan kita. Tidak diketahui apakah dari air berasal hujan atau sumber lain," ujar Yildiz.
Para penambang bekerja seperti biasa pada Selasa (28/10), sebelum air yang diperkirakan berasal dari kebocoran pipa menggenangi isi gua. Sekitar 16 pekerja tambang sempat melarikan diri dan selamat dari musibah.
Kerim Pinarli, satu dari 16 pekerja tambang yang berhasil selamat mengatakan kepada saluran berita NTV bahwa banjir terjadi sekitar pukul 15.00 waktu setempat, ketika pekerja sedang makan siang.
Para penambang yang kini terperangkap berada sekitar 350 meter di bawah tanah.
"Kami mencium bau gas dan mendengar teman-teman di bawah berteriak menyuruh kami pergi. Seketika itu juga kami melarikan diri," ujar Pinarli.
Setelah kejadian, Menteri Energi dan Transportasi Turki segera pergi ke lokasi untuk mengawasi operasi penyelamatan.
Badan Penyelamatan Darurat Turki (AFAD) juga telah mengirimkan 225 orang untuk bergabung bersama petugas penyelamat di tambang.
Tim penyelamat, termasuk diantaranya para penyelam, terus melakukan pencarian di tambang yang berada di luar kota Ermenek, Provinsi Karaman, sekitar 110 km dari garis utara pantai Mediterania Turki.
Anggota keluarga pekerja yang masuk terperangkap yang berjaga di luar pintu tambang sambil menyalakan api untuk menghangatkan tubuh dan menunggu kepastian pencarian.
Sahir Uyar, seorang pejabat dari perusahaan tambang milik swasta tersebut menyatakan kepada televisi NTV belum ada kontak dengan para pekerja tambang yang terjebak.
Uyar menyebutkan kalau kemungkinan bertahan hidup para pekerja sangat tipis, kecuali kalau ada yang berhasil sampai di titik keselamatan di dalam tambang.
Musibah ini merupakan kecelakaan industri terbesar kedua yang terjadi di Turki dalam kurun waktu 6 bulan.
Bencana pertama terjadi pada Mei di kota barat Soma, di mana 301 pekerja tambang tewas dan memicu protes nasional atas catatan keselamatan pekerja yang buruk di negara tersebut, belum lagi ratusan buruh meninggal setiap tahunnya.