Yerusalem, CNN Indonesia -- Bentrokan terjadi di Yerusalem Timur setelah polisi Israel menembak mati warga Palestina yang diduga mencoba membunuh seorang pegiat kanan ekstrem beberapa jam sebelumnya.
Pada Kamis (30/10) sekelompok remaja Palestina dan generasi muda lainnya menutup jalan-jalan dekat lokasi Hejazi terbunuh dengan tempat sampah dan membakarnya.
Mereka melempari polisi Israel dengan pecahan bata dan ubin.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Polisi Israel membalas dengan menembakkan gas air mata yang berhasil membubarkan warga yang protes itu.
Bentrokan terus terjadi selama beberapa jam setelah Hejazi terbunuh.
Presiden Palestina Mahmour Abbas mengecam tindakan Israel dengan menyebutnya "sama dengan pernyataan perang" dan partai Fatah menghimbau masyarakat untuk ikut dalam "hari kemarahan" pada Jumat (31/10).
Amerika Serikat mengutuk penembakan Glick tetapi mendesak semua pihak untuk menahan diri dan mempertahankan "status quo sejarah" di tempat suci Yerusalem itu.
Jenazah Hejazi tergeletak di antara antena parabola dan panel solar di atap gedung berlantai tiga di Abu Tor, satu pemukiman Arab Yerusalem Timur, sementara pasukan Israel menutup daerah itu dan mengusir warga Palestina yang memprotes sambil melempar batu.
Komplek masjid Al-Aqsa, tempat suci yang menjadi penyebab bentrokan ini, ditutup satu hari penuh sebagai upaya pencegahan.
Ini adalah pertama kali tempat suci umat Islam dan Yahudi ditutup dalam 14 tahun terakhir. Namun, polisi Israel akhirnya membuka kembali kompleks ini pada Kamis malam.
Hejazi diduga menembak dan melukai Yehuda Glick seorang pegiat kanan ekstrem yang memimpin kampanye agar umat Yahudi bisa berdoa di kompleks Al-Aqsa.
Glick, yang lahir di Amerika Serikat, ditembak saat meninggalkan konferensi di Pusat Warisan Menachem Begin di Yerusalem pada Rabu malam.
Pelaku berhasil melarikan diri dengan sepeda motor.
Juru bicara yayasan itu mengatakan Hejazi sebelumnya bekerja di restoran yayasan.
Glick masih dalam kondisi kritis tapi stabil akibat luka tembakan empat peluru yang dilepaskan pelaku.
Warga mengatakan ratusan polisi dikerahkan dalam pencarian Hejazi saat subuh dan dicari hingga rumah keluarganya di jalan kecil Abu Tor. Hejazi kemudian terjebak di teras gedung sebelah rumah.
 Tersangka pelaku ditembak polisi setelah sempat dikepung di atas gedung rumah keluarganya.(Reuters/Ammar Awad) |
"Polisi anti-teroris mengelilingi rumah di Abu Tor itu untuk menangkap tersangka pelaku percobaan pembunuhan Yehuda Glick," kata Micky Rosenfeld, juru bicara polisi Israel.
"Tak lama setelah tiba di lokasi polisi ditembaki. Mereka membalas tembakan dan menewaskan tersangka," tambahnya.
Warga setempat menyebut korban adalah Hejazi yang dibebaskan dari penjara Israel pada 2012 setelah 11 tahun di bui.
Sementara itu, polisi Israel menembakkan granat kejut untuk menahan warga yang marah, yang mengeluarkan cacian dari balkon gedung-gedung di sekitar lokasi penembakan.
Hamas dan Jihad Islam memuji penembakan Glick dan berduka atas kematian Hejazi.
Ketegangan AgamaYerusalem Timur, yang direbut dan diduduki Israel ketika Perang Timur Tengah pada 1967, dalam beberapa bulan terakhir menjadi sumber ketegangan terutama di sekitar Silwan yang terletak di antara wilayah Kota Tua dan Al-Aqsa.
Kelompok-kelompok pemukim Yahudi telah membangun lebih dari dua lusin bangunan di Silwan, sembilan di antaranya dibangun dalam tiga bulan terakhir, dan memindahkan keluarga Yahudi ke bangunan baru itu.
Ini adalah upaya untuk membuat distrik itu lebih banyak dihuni oleh warga Yahudi.
[Tindakan Israel] sama dengan pernyataan perangMahmoud Abbas, Presiden Palestina |
Saat ini terdapat 500 warga Yahudi tinggal di antara sekitar 40 ribu penduduk Palestina.
Membanjirnya pemukim Yahudi ditambah ketegangan atas tempat tersuci ke tiga dalam agama Islam itu yang juga tempat tersuci dalam Yudaisme, semakin menegangkan suasana di Timur Yerusalem yang sekarang lebih panas dibandingkan saat intifada kedua pada 2000 terjadi.
Glick dan pendukungnya bertekad mengubah peraturan status quo yang diterapkan di Al-Aqsa sejak Israel merebut tembok Kota Tua pada 1967.
Peraturan ini menetapkan bahwa pihak keagamaan Yordania bertanggungjawab atas pengaturan Al-Aqsa. Meski umat Yahudi boleh mengunjungi lapangan terbuka yang terbuat dari marmer dan batu, mereka tidak boleh berdoa di sana.
Glick dan pendukungnya berpandangan bahwa umat Yahudi memiliki hak untuk berdoa di tempat tersuci agama itu di mana dua kuil kuno Yahudi pernah berdiri, meski persatuan Rabi Israel mengatakan kitab Taurat melarangnya dan banyak umat Yahudi menganggap hal itu tidak bisa diterima.