Mursitpinar, CNN Indonesia -- Pasukan Kurdi Irak yang disebut Peshmerga tiba di kota Suriah Kobani dengan membawa senjata berat untuk membantu Kurdi Suriah menangkis serangan ISIS yang ingin merebut kota dan kepemimpinan di wilayah perbatasan Turki.
Pejuang Kurdi Suriah menyambut para pejuang yang dikenal dengan sebutan 'orang-orang yang menentang kematian', dan mengatakan bahwa dengan senjata yang Peshmerga bawa dapat membantu mereka melakukan pertempuran yang telah berkecamuk selama lebih dari 40 hari.
Para pejabat Kurdi mengatakan, Peshmerga diharapkan segera mengambil bagian dalam aksi militer di Kobani dalam beberapa jam ke depan.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Selama ini kami kekurangan senjata dan amunisi, sehingga kedatangan Peshmerga dan senjatanya akan menyeimbangkan pertempuran," kata Idris Nassan, Wakil Menteri Luar Negeri Kobani, kepada Reuters melalui pembicaraan telepon dari Kobani.
Satu pasukan AS telah melakukan serangan udara yang menghantam posisi Negara Islam sekitar Kobani pada hari Sabtu (1/11), kata Nassan. "Matahari bersinar dan langit cerah, pesawat tempur dapat digunakan hari ini," lanjut Nassan.
Kedatangan 150 pejuang asal Irak ini menandai momentum pertama kalinya Turki mengizinkan pengiriman pasukan darat dari luar Suriah untuk memperkuat pasukan Kurdi di Suriah, yang telah bertempur di Kobani selama lebih dari 40 hari.
Meskipun memiliki makna yang terbatas, kota Kobani telah menjadi simbol kuat internasional dalam melakukan pertempuran melawan para pemberontak ISIS yang telah mengepung Irak dan Suriah serta menyatakan diri mereka adalah pemimpin Islam.
Bersiap untuk bertempurPejabat Kurdi di kota Kobani mengatakan bahwa Peshmerga tidak terlibat dalam pertempuran yang berlangsung pada Jumat malam (31/10), tapi mereka sedang bersiap-siap untuk berpartisipasi dalam pertempuran pada hari Sabtu.
"Saat ini Peshmerga sedang membuat perencanaan. Mereka menyusun posisi, mempersiapkan senjata dan siap untuk pertempuran. Mereka akan berjuang hari ini di garis depan," kata Enver Muslim, pejabat administrasi Kurdi di distrik Kobani, melalui pembicaraan telepon dari Kobani.
"Semua orang di sini, warga sipil, kelompok Unit Perlindungan Rakyat (YPG), semain bersemangat setelah kedatangan Peshmerga," ujar Muslim.
Militer AS mengatakan akan terus membasmi ISIS yang bertahan di dekat Kobani pada hari Kamis dan Jumat.
Mereka mengatakan, empat serangan udara berhasil merusak empat posisi tempur dan sebuah bangunan yang digunakan kelompok ISIS.
Observatorium Hak Asasi Manusia Suriah yang berbasis di Inggris mengatakan sudah 100 pejuang ISIS yang tewas dalam tiga hari terakhir.
Peshmerga bukan satu-satunya kelompok yang memasuki kota Kurdi. Sekitar 200 pejuang dari Tentara Pembebasan Suriah (FSA), sebuah istilah yang digunakan untuk puluhan kelompok bersenjata yang melawan Presiden Suriah Bashar al-Assad dan ISIS, juga telah tiba di Kobani untuk membantu mempertahankan kota.
Didukung oleh kelompok-kelompok Islam garis keras lain, Front Nusra, jaringan Al-Qaidah di Suriah, melakukan serangan militer besar-besaran terhadap Front Revolusioner Suriah yang dipimpin oleh Jamal Maarouf, seorang tokoh penting bersenjata penentang Assad, setelah menuduh Maarouf korup dan bekerjasama dengan Barat untuk membasmi mereka.
Sumber mengatakan bahwa puluhan pejuang Maarouf membelot ke Nusra sehingga memungkinkan kelompok tersebut untuk menang. Tapi kelompok Maarouf bersumpah untuk melanjutkan perjuangan dalam pesan video yang disiarkan setelah mereka kalah di Jabal al-Zawiya.
Bertempur untuk KobaniPertempuran di Kobani telah berkecamuk hingga ke perbatasan Turki sehingga memunculkan pertanyaan apakah koalisi pimpinan AS mampu menghentikan serangan ISIS.
Kegagalan Turki untuk membantu mempertahankan kota memicu kerusuhan antara Kurdi Turki di mana 40 orang tewas.
Ribuan warga di sebuah desa dekat perbatasan Turki melakukan aksi solidaritas yang diusung oleh Kurdi untuk membantu Kobani.
Banyak pengunjuk rasa melambaikan bendera dengan lambang YPG dan wajah Abdullah Ocalan, pemimpin Partai Pekerja Kurdistan (PKK) yang dipenjara.
"Hari ini, seluruh dunia akan berdiri untuk Kobani dan membantu perjuangan kita dalam protes demokrasi," kata Feleknas Uca, seorang politikus Jerman-Kurdi, kepada Reuters.
"Setiap orang harus memahami bahwa Kobani bukan masalah satu-satunya masalah bagi Kurdi. Ini adalah perang global melawan ISIS."
Kendaraan lapis baja dikerahkan di jalan-jalan Diyarbakir, kota terbesar di tenggara Kurdi, sebagai langkah-langkah keamanan mengamankan aksi protes.
Di provinsi tenggara Hakkari, yang berbatasan dengan Irak dan Iran, pemilik toko menutup toko mereka akibat aksi protes.