Beirut, CNN Indonesia -- Kelompok Islam militan afiliasi al Qaidah berhasil merebut provinsi Idlib yang merupakan daerah kekuasaan terakhir para pemberontak Suriah dukungan Barat.
Informasi dari kelompok pemberontak ini dan diverifikasi oleh kelompok pengawas Suriah menyebutkan bahwa pertempuran sengit pada Sabtu (1/10) berakhir dengan kemenangan kelompok Front Nusra.
Front Nusra yang didukung oleh kelompok-kelompok Islamis garis kelas lain melancarkan serangan militer besar-besaran terhadap Front Revolusioner Suriah pimpinan Jamal Maarouf.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Jamal Maarouf adalah tokoh penting dalam kelompok bersenjata yang beroposisi terhadap Presiden Bashar al-Assad.
Front Nusra menuduh Maarouf korup dan bekerja sama dengan Barat untuk melawan mereka.
Kelompok Militan Islam ini adalah afiliasi resmi al Qaidah dalam perang saudara Suriah dan pernah menjadi kelompok perlawanan terkuat yang berjuang menyingkirkan Assad.
Namun, sekarang mereka berada di bawah bayang-bayang ISIS yang telah merebut sejumlah besar wilayah di Suriah utara dan timur dan menjadi sasaran serangan udara Amerika Serikat.
Dalam beberapa hari terakhir, Front Nusra berhasil merebut sejumlah desa di wilayah Jabal al-Zawiya, provinsi Idlib dan pada Sabtu (2/11) memasuki desa Deir Sonboi, yang merupakan benteng terkuat Front Revolusioner dan memaksa pasukan Maarouf mundur.
"Puluhan tentara mereka pindah haluan dan bergabung dengan Nusra, itu sebabnya mereka menang," ujar Rami Abdulrahman, ketua Pengamat Hak Asasi Manusia Suriah, kepada Reuters.
Seorang anggota Front Nusra membenarkan laporan itu: "Mereka meninggalkan dia karena mereka tahu dia tidak kuat dan delusional."
 Kelompok Revolusioner Suriah mendapat dukungan dari Barat dan Arab Saudi untuk singkirkan Presiden Suriah. (Reuters/Hosam Katan) |
"Dia meninggalkan pasukannya dan melarikan diri. Semalam, kami mendengar perbincangan radio mereka "Abu Khaled (Maarouf) melarikan diri, Abu Khaled melarikan diri," tambahnya.
Akan KembaliKelompok Maarouf secara luas didefinisikan bagian dari "Tentara Pembebasan Suriah", istilah yang digunakan untuk merujuk pada lusinan kelompok yang berjuang menyingkirkan Assad.
Kelompok ini sedikit banyak tidak memiliki koordinator pusat dan seringkali berperang satu sama lain.
Beberapa jam setelah kalah, Maarouf mengeluarkan pernyataan lewat rekaman video yang menegaskan dia akan terus berjuang melawan Nusra dan kelompoknya akan kembali ke Jabal al-Zawiya.
"Selama satu minggu ini Front Nusra mengepung Jabal al-Zawiya (seperti) rejim 'Noseiry'," ujar Maarouf yang merujuk istilah hinaan untuk sekte Alawite yang dianut Assad yang merupakan cabang Islam Syiah.
"Saya (ingin) mengklarifikasi alasan kami mundur dari desa-desa Jabal al-Zawiya. (Langkah itu diambil) agar kami bisa mencegah korban warga sipil karena kelompok lawan tidak ragu untuk membunuh orang sipil."
Sumber di kelompok yang berafiliasi dengan Maarouf menyangkal tudingan bahwa tentaranya bergabung dengan Front Nusra.
Front Revolusioner Suriah adalah salah satu kelompok terbesar di kubu yang berposisi terhadap Assad yang didukung Barat dan Arab Saudi.
Amerika Serikat berencana memperluas dukungan militer ke kelompok-kelompok anti-Assad yang moderat sebagai bagian dari strategi mengalahkan ISIS.