Yerusalem, CNN Indonesia -- Satu mortir yang ditembakkan dari Jalur Gaza mendarat Israel selatan yang menurut militer Israel merupakan tembakan kedua sejak perang tujuh minggu di wilayah kantung Palestina itu berakhir Agustus lalu.
Israel tidak membalas serangan tersebut hingga beberapa jam setelahnya dan ini merupakan pertanda negara itu menghindari peningkatan ketegangan yang memastikan bahwa gencatan senjata Gaza tetap bertahan.
"Penembakan roket atau mortir dari Gaza semalam mengarah ke Israel selatan. Tidak ada kerusakan atau korban yang dilaporkan," ujar Letnan Kolonoel Peter Lerner, jubir militer Israel, lewat akun twitter.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Juru bicara militer Israel lain mengatakan pihaknya masih mencari sisa-sisa roket di lokasi.
Belum ada pihak yang mengaku bertanggungjawab atas penembakan itu, baik dari kelompok Hamas di Gaza atau faksi militer
Penembakan roket ini terjadi ditengah peningkatan ketegangan antara Israel dan Palestina di Yerusalem Timur yang ingin dijadikan Palestina sebagai ibukota ketika negara ini terbentuk di masa depan.
Bentrokan antara warga Palestina dan pasukan keamanan Israel sering terjadi di Yerusalem Timur dan sekitar masjid Al-Aqsa dalam beberapa minggu terakhir.
Palestina mengatakan Israel mencoba mengubah status quo yang rentan yang diterapkan di kompleks masjid Al-Aqsa, yang juga diakui sebagai tempat suci oleh umat Yahudi.
Ini adalah tempat tersuci ke tiga dalam agama Islam dan tempat tersuci dalam Yudaisme.
Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu sebelumnya mengatakan negaranya tidak berniat mengubah status quo atas masjid tersebut yang menetapkan bahwa warga Yahudi boleh memasuki kompleks itu tetapi dilarang berdoa.
Warga Palestina semakin marah dengan langkah Israel memperluas pembangunan pemumikan di Yerusalem Timur.
Hari Kamis (30/10) Israel menutup kompleks suci ini hampir sepanjang hari sebagai langkah pengamanan, dan merupakan penutupan masjid pertama dalam satu dekade.
Presiden Palestina Mahmoud Abbas mengatakan lewat juru bicaranya bahwa penutupan dan juga peningkatan ketegangan oleh Israel "sama dengan deklarasi perang."