Hong Kong, CNN Indonesia -- Korban pembunuhan di Hong Kong, Sumarti Ningsih, dikenal memiliki kehidupan yang lumayan mapan setelah berprofesi sebagai
disc jockey alias DJ.
Menurut Eni Lestari, penasihat Asosiasi Buruh Migran Indonesia, kepada CNN Indonesia (4/11), sebelum menapaki karier ini, dia sempat menjadi pekerja domestik di Hong Kong.
"Dulu dia bekerja sebagai pekerja domestik, kemudian pulang ke tanah air," kata Eni berdasarkan percakapannya dengan para sahabat Ningsih.
ADVERTISEMENT
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Eni mengatakan bahwa wanita 25 tahun itu datang ke Hong Kong dengan visa pelancong, bukan pekerja. Kunjungannya kali ini ke Hong Kong untuk bertemu sahabatnya.
"Menurut sahabatnya, dia bekerja sebagai DJ di Jakarta dan sempat sekolah DJ. Artinya kini dia punya kehidupan yang lumayan mapan. Ini sudah dua kali dia ke Hong Kong untuk bertemu dengan sahabatnya," kata Eni.
Jasad Sumarti ditemukan di dalam koper pada Sabtu pekan lalu di apartemen distrik Wan Chai, kompleks mewah tempat tinggal ekspatriat di Hong Kong. Pelaku pembunuhan adalah Rurik George Caton Jutting, 29, seorang bankir asal Inggris.
Eni menduga Ningsih memang memiliki hubungan dekat dengan Jutting, bukan pekerja seks yang selama ini diberitakan media.
"Mungkin dia punya hubungan
one night stand dengan pria itu. Bisa jadi bertemu di bar dan sreg. Dia bukan PSK, murni sebagai turis," jelas Eni.
Ningsih hanya dikenal segelintir orang di komunitas pekerja migran Indonesia di Hong Kong. Menurut Eni, hal ini karena pergerakan para WNI yang memang tidak terduga sehingga untuk berkumpul semua sangat sulit.
"Jika tanpa janjian tidak akan bertemu, kecuali kebetulan berkunjung ke tempat yang sama," ujar Eni.
Dalam dakwaan pengadilan (3/11), disebutkan bahwa Ningsih dibunuh pada 27 Oktober, sementara wanita kedua dibunuh pada 1 November.
Korban kedua belum diketahui identitasnya, namun ada kemungkinan dia juga warga negara Indonesia. Diduga, Ningsih dan korban kedua saling mengenal sebelumnya.
Keluarga Ningsih berharap jenazah korban dipulangkan ke Indonesia dalam keadaan utuh. Pasalnya sempat muncul wacana untuk membakar jasad karena sudah membusuk.
"Saya dan keluarga mengharapkan jenazah dibawa pulang saja, tapi belum ada kepastian," ungkap Suratmi, ibu Ningsih, dari Cilacap.
Suratmi dan keluarganya yang berada di Cilacap mendengar kabar duka perihal Ningsih pertama kali dari sepupu Ningsih yang bekerja di Macau.
"Ponakan saya yang bekerja di Macau memberitahu adiknya di Indonesia, lalu adiknya itu yang memberitahu kami," ungkap Suratmi.